Rabu, 28 April 2010

Natrium karbonat Na2CO3

Sepanjang sejarah industri kimia, persediaan natrium karbonat Na2CO3, soda, merupakan isu penting. Soda adalah bahan dasar penting bukan hanya untuk keperluan sehari-hari (seperti sabun) tetapi juga untuk produk industri yang lebih canggih (seperti gelas).

Di waktu lampau soda didapatkan dari sumber alami, dan kalium karbonat K2CO3, yang juga digunakan dalam sabun, didapatkan dalam bentuk abu kayu. Setelah revolusi industri, kebutuhan sabun meningkat dan akibatnya metoda sintesis baru dengan bersemangat dicari. Waktu itu telah dikenali bahwa soda dan garam (NaCl) mengandung unsur yang sama, natrium, dan penemuan ini mengakibatkan banyak orang berusaha membuat soda dari garam. Di awal abad 19, suatu proses baru dikembangkan: natrium sulfat yang merupakan produk samping produksi asam khlorida (yang digunakan untuk serbuk pengelantang, bleaching), batu bara dan besi dinyalakan. Namun, hasilnya, rendah dan tidak cocok untuk produksi skala besar .

Inventor Perancis Nicolas Leblanc (1742-1806) mendaftar suatu kontes yang diselenggarakan oleh Académie des Sciences, untuk menghasilkan secara efektif soda dari garam. Esensi dari prosesmua adalah penggunaan marmer (kalsium karbonat) sebagai ganti besi.


Na2SO4 + 2C --> Na2S + 2CO2 (11.1)
Na2S + CaCO3 --> Na2CO3 + CaS (11.2)
2NaCl + H2SO4 --> Na2SO4 + 2HCl (11.3)
Proses Leblanc dapat menghasilkan soda dengan kualitas lebih baik daripada metoda sebelumnya. Namun, proses ini menghasilkan sejumlah produk samping seperti asam sulfat, asam khlorida, kalsium khlorida, kalsium sulfida dan hidrogen sulfida. Bahkan waktu itu pun, pabrik menjadi target kritik masyarakat. Peningkatan kualitas proses Leblanc sangat diperlukan khususnya dari sudut pandang penggunaan ulang produk sampingnya, yang jelas akan menurunkan ongkos produksi.

Satu abad setelah usulan proses Leblanc, inventor Belgia Ernest Solvay (1838-1922) mengusulkan proses Solvay (proses soda-amonia), yang lebih maju dari aspek kimia dan teknologi. Telah diketahui sejak awal abad 19 bahwa soda dapat dihasilkan dari garam denagn amonium karbonat (NH4)2CO3. Solvay yang berpengalaman dengan mesin dan dapat mendesain proses produksi tidak hanya dari sudut pandang kimia tetapi juga dari sudut pandang teknologi kimia. Dia berhasil mengindustrialisasikan prosesnya di tahun 1863.

Keuntungan terbesar proses Solvay adalah penggunaan reaktor tanur bukannya reaktor tangki. Air garam yang melarutkan amonia dituangkan dari puncak tanur dan karbondioksida ditiupkan kedalam tanur dari dasar sehingga produknya akan secara kontinyu diambil tanpa harus menghentikan reaksi. Sistem Solvay menurunkan ongkos secara signifikan, dan akibatnya menggantikan proses Leblanc.



Reaksi utama
NaCl + NH3 + CO2 + H2O --> NaHCO3 + NH4Cl (11.4)
2NaHCO3 --> Na2CO3 + CO2 + H2O (11.5)
Sirkulasi amonia
2NH4Cl + CaO --> 2NH3 + CaCl2 + H2O (11.6)
Pembentukan karbon dioksida CO2 dan kalsium oksida CaO
CaCO3 --> CaO+CO2 (11.7)
Satu-satunya produk samping proses Solvay adalah kalsium khlorida, dan amonia dan karbondioksida disirkulasi dan digunakan ulang. Dalam produksi soda dari garam, poin penting adalah pembuangan khlorin. Dalam proses Leblanc, khlorin dibuang sebagai gas asam khlorida, namun di proses Solvay, khlorin dibuang sebagai padatan tak berbahaya, kalsium khlorida. Karena keefektifan dan keefisienan prosesnya, proses Solvay dianggap sebagai contoh proses industri kimia.

--------------------------------------…

Sekilas Tentang Manfaat Natrium Bikarbonat (NaHCO3)
Natrium bikarbonat atau hidrogen karbonat atau asam karbonat dengan rumus kimia NaHCO3, adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air, yang banyak dipergunakan di dalam industri makanan/biskuit (sebagai baking powder), pengolahan kulit, farmasi, tekstil, kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan permet (candy) dan industri pembuatan batik.

Pembentukan Karbon Dioksida


Karbon dioksida dapat diperoleh melalui 7 (tujuh) cara, yaitu (1) pemanasan batu gamping (CaCO3) menjadi gamping atau kalsium oksida (CaO), (2) pembakaran batubara, (3) pembakaran bahan bakar minyak (BBM), (4) pembakaran senyawa organik non bahan bakar, (5) fermentasi gula baik berupa sukrosa maupun pati, (6) pernafasan manusia dan hewan, dan (7) dekarboksilasi senyawa asam b-karbonil, asam b-halogen, serta asam b-allilik. Sementara pemanasan batu gamping dan dekarboksilasi asam b-karbonil serta analognya merupakan proses-proses yang sering dikerjakan dalam skala kecil di kebanyakan laboratorium, pembakaran batubara dan BBM serta fermentasi gula dan pati pada pabrik-pabrik penghasil etanol merupakan proses-proses yang menghasilkan CO2 dalam jumlah besar. Terjadinya peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfir bumi akhir-akhir ini pun disinyalir berkaitan secara langsung terutama dengan aktivitas pembakaran batubara dan BBM baik di sektor industri maupun transportasi.

Dalam hal pembakaran senyawa organik non bahan bakar, sumbangan proses ini terhadap peningkatan kadar CO2 di atmosfir juga cukup besar walaupun tidak sebesar kontribusi sektor pembakaran bahan bakar minyak (BBM) dan batubara. Salah satu contoh kegiatan yang melibatkan pembakaran senyawa organik non bahan bakar tersebut adalah pembakaran sampah di tempat-tempat pembuangan akhir (TPA). Sebagaimana dimaklumi, sampah di TPA-TPA pada hakekatnya merupakan senyawa-senyawa organik non bahan bakar, walaupun bahan ini belum tentu bersifat mudah terbakar. Beberapa contoh material organik non BBM yang sering dijumpai di TPA-TPA antara lain adalah plastik, daun dan ranting pepohonan, kertas, serta sampah rumah tangga. Sementara itu, pernafasan manusia dan hewan merupakan aktivitas alamiah yang menghasilkan CO2 dan tidak dipandang sebagai sumber pencemaran.


Manfaat karbon dioksida dalam kehidupan sehari-hari


Secara langsung maupun tidak langsung, karbon dioksida sesungguhnya merupakan bahan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kita mungkin tidak dapat bertahan hidup tanpa kehadiran CO2. Benarkah demikian? Memang benar demikian adanya. Mari kita tengok baik-baik bahwa makanan pokok kita sehari-hari adalah padi, terigu, gandum, jagung, ataupun singkong sebagai sumber karbohidrat. Sebagai sumber protein nabati kita lazim mengkonsumsi kedelai atau kacang-kacangan yang lain. Adapun sebagai sumber lemak nabati maka kita menggunakan minyak goreng baik berupa minyak sawit, minyak kelapa, minyak jagung, minyak wijen dan sebagainya. Bahan makanan tersebut semuanya berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh serta hidup dengan menggunakan karbon dioksida sebagai sumber makanan utamanya.

Kita faham bahwa tumbuh-tumbuhan memperoleh makanannya melalui proses fotosintesis, yaitu dengan cara mengolah CO2 dan uap air yang berasal dari udara dengan bantuan klorofil serta sinar matahari menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat inilah yang kemudian digunakan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan energi untuk pertumbuhan dan kehidupannya. Barangkali ada yang membantah pernyataan ini dengan mengatakan bahwa bukankah kita juga dapat memenuhi kebutuhan hidup khususnya protein dan lemak dari sumber hewani? Memang benar demikian, namun hewan-hewan yang kita gunakan sebagai sumber protein dan lemak tersebut juga mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Maha Suci Allah SWT atas segala ciptaanNYA. Sementara manusia dan hewan memerlukan oksigen dan membuang CO2 pada proses pernafasannya, tumbuh-tumbuhan memerlukan CO2 dan membuang oksigen pada proses fotosintesisnya. Dengan demikian, antara manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan memang terdapat siklus rantai makanan yang bersifat sangat hakiki.

Contoh kedua dari pemanfaatan CO2 dalam kehidupan sehari-hari adalah apa yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan minuman bersoda seperti PT. Coca-Cola dan PT. Pepsi-Cola yang menambahkan gas CO2 ke dalam produk minumannya. Melalui penambahan CO2 ini maka produk-produk minuman bersoda yang kita jumpai dalam sejumlah merek terasa lebih segar dan menarik sehingga digemari di seluruh penjuru dunia. Teknologi yang hampir sama juga digunakan pada produk-produk efferfessen yang langsung berbuih ketika dimasukkan ke dalam air akibat terlepasnya gas CO2.

Pemanfaatan lain dari CO2 dalam kehidupan kita sehari-hari adalah penggunaannya dalam produk-produk aerosol. Perlu disadari bahwa minyak parfum yang tersimpan dalam botol-botol parfum yang kita miliki dapat disemprotkan ke baju atau kulit adalah berkat dorongan gas atau aerosol yang seringkali diperankan oleh CO2. Selain itu, CO2 juga dimanfaatkan sebagai zat anti api pada proses pemadaman kebakaran, zat pendingin pada penyimpanan makanan serta spesimen beku, zat pengembang pada pembuatan roti, dan enhanced oil recovery (EOR) pada pengambilan sisa-sisa minyak di sumur-sumur tua yang tersebar di persada nusantara.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT,


Peranan karbon dioksida pada industri urea


Apa yang telah saya uraikan di atas telah menggambarkan secara nyata pemanfaatan CO2 dalam industri berskala kecil hingga menengah. Pemanfaatan CO2 dalam industri berskala besar juga telah lama dikenal dan salah satu yang terpenting adalah dalam industri urea. Sebagaimana diketahui, urea merupakan jenis pupuk nitrogen yang paling banyak digunakan oleh petani baik di Tanah Air maupun di manca negara. Data produksi nasional urea pada tahun 2009 mencapai 6,8 juta ton dan diproyeksikan naik sebesar 7,35 % menjadi 7,3 juta ton pada tahun 2010 (Wahyuni, 2009). Produksi urea tersebut dilakukan oleh raksasa pabrik pupuk yang antara lain meliputi PT. Pupuk Sriwijaya (PUSRI) – Palembang, PT. Pupuk Kujang – Jawa Barat, PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT. Pupuk Iskandar Muda – Aceh, dan PT. Petrokimia – Gresik. Total produksi nasional urea tersebut sesungguhnya telah melebihi tingkat konsumsi urea nasional pada tahun berjalan, namun patut disayangkan bahwa kita masih sering mendengar adanya kelangkaan urea di sejumlah daerah yang berakibat pada melonjaknya harga urea dan berkurangnya tingkat produksi sejumlah produk pertanian seperti padi dan jagung.

Pada kenyataannya, pabrik-pabrik urea memang tidak memproduksi urea secara langsung dari karbon dioksida sebagai bahan baku, melainkan dari gas alam yang kandungan utamanya adalah metana. Proses produksi urea dilakukan melalui proses methane steam reforming (MCR) yang pada intinya adalah reaksi antara metana dengan uap air menghasilkan gas karbon monoksida dan hidrogen. Reaksi tersebut biasanya dikerjakan pada suhu dan tekanan tinggi. Tahap selanjutnya adalah proses water gas shift (WGS) yang intinya adalah reaksi antara karbon monoksida dan uap air menjadi karbon dioksida dan hidrogen. Secara keseluruhan, hasil akhir dari proses methane steam reforming dan water gas shift adalah karbon dioksida dan hidrogen. Kedua gas ini dipisahkan melalui proses filtrasi, dan gas hidrogen yang diperoleh digunakan untuk pembuatan amoniak sesuai proses Haber-Bosch melalui reaksi dengan nitrogen (N2) yang berasal dari udara. Proses yang ditemukan oleh Prof. Fritz Haber (Profesor Kimia di Karlshure dan Berlin University) dan Carl Bosch (ahli Kimia yang bekerja di BASF –sebuah perusahaan zat warna– Jerman) tersebut biasanya dikerjakan pada temperatur 450oC dan tekanan 200 atm dengan menggunakan katalis oksida besi. Suhu dan tekanan ekstrim ini diperlukan mengingat bahwa N2 merupakan senyawa gas yang bersifat inert (stabil).

Ketika proses Haber-Bosch telah dilewati, gas NH3 yang diperoleh selanjutnya direaksikan dengan karbon dioksida yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Proses ini berlangsung pada suhu sekitar 250oC dan tekanan 200-250 atm, dan pada awalnya menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya dilakukan pemanasan amonium karbamat untuk menghasilkan urea sebagai produk akhir.

Proses produksi urea sebagaimana diuraikan di atas sesungguhnya menunjukkan bahwa walaupun bahan bakunya adalah metana yang berasal dari gas alam, sebenarnya urea terbentuk melalui reaksi antara karbon dioksida (CO2) dengan amoniak. Selain sebagai sumber CO2, arti penting dari metana dalam proses tersebut adalah sebagai sumber hidrogen yang kelak direaksikan dengan nitrogen menghasilkan gas amoniak. Dengan demikian, tak dapat dipungkiri bahwa peran karbon dioksida dalam industri urea berbasis gas alam adalah mutlak. Peran ini pun tak dapat digantikan oleh karbon monoksida yang juga dihasilkan pada proses steam reforming metana. Memang urea juga dapat diperoleh melalui pemanasan amonium sianat (NH4CNO) (Stecher, 1968), namun proses ini kurang ekonomis sehingga belum diadopsi oleh pelaku industri.

Hadirin yang berbahagia,


Peranan karbon dioksida dalam industri farmasi


Selanjutnya akan saya uraikan contoh pemanfaatan karbon dioksida dalam industri farmasi. Saya yakin tidak seorang pun di antara kita yang belum pernah mengalami sakit kepala atau pusing. Ketika pusing menyerang, maka yang kita cari biasanya adalah obat sakit kepala seperti bodrex, poldan mig dan lain-lain yang komponen aktifnya adalah asam asetilsalisilat atau lazim dikenal dengan nama aspirin atau asetosal (Sirait, 2007). Di antara kita atau keluarga kita tentu juga pernah mengalami sakit asma, dan obat antiasma yang sering diberikan oleh dokter adalah salbron, ventolin dan lain-lain yang komponen aktifnya adalah salbutamol. Ketika terserang flu, kita biasanya juga segera mencari obat-obatan pereda flu seperti neozep, revagan dan lain-lain yang komponen aktifnya adalah salisilamida.

Obat-obatan yang memiliki komponen aktif aspirin, salbutamol, dan salisilamida sebagaimana saya sebutkan di atas semuanya diproduksi dengan menggunakan asam salisilat sebagai bahan dasarnya. Sementara aspirin diperoleh melalui asetilasi asam salisilat menggunakan asetat anhidrid, salisilamida diperoleh melalui amidasi asam salisilat baik secara langsung maupun melalui derivat ester dan asil halidanya. Pada sisi lain, salbutamol diperoleh melalui 4 tahapan reaksi dari asam salisilat (Warren, 1994).

Secara alami, asam salisilat diperoleh dari tumbuhan Gandapura yang memiliki nama latin Gaultheria procumbens (Guenther, 1990). Tanaman ini antara lain banyak dijumpai di daerah Wonosobo, Boyolali, dan lereng pegunungan Bukit Barisan di Sumatera. Destilasi uap terhadap dahan dan ranting tanaman gandapura menghasilkan 2-5 % minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak gandapura. Komponen utama minyak atsiri ini adalah metil salisilat dengan kandungan sekitar 90 %, dan bilamana dihidrolisis maka metil salisilat akan berubah menjadi asam salisilat. Namun demikian, jumlah produksi asam salisilat dari sumber alami ini tidak dapat memenuhi kebutuhan asam salisilat secara keseluruhan. Oleh karena itu asam salisilat dan derivat-derivatnya yang banyak digunakan dalam bidang farmasi dipenuhi secara sintesis melalui karbonilasi natrium fenoksida dengan karbon dioksida yang dikenal sebagai proses Kolbe-Schmitt (Stecher, 1968).

Ciri – ciri dan Sifat Karbon Dioksida

Suatu senyawa yang berbentuk gas pada suhu kamar (25oC), tak menyala dan tak berbau dan memiliki rasa yang sedikit masam (yang disebabkan oleh pembentukan asam karbonat dalam mulut dengan reaksi sebagai berikut:
CO2 + H2O --> H2CO3
sehingga dapat menyebabkan rasa masam bila dirasakan), tidak beracun. Karbon dioksida juga lebih dikenal sebagai gas asam arang karena gas karbon dioksida terbentuk dari atom karbon yang juga dikenal dengan nama arang. Gas karbon dioksida ini memiliki berat 1½ kali lipat berat udara (volume air pada suhu 20oC akan melarutkan 0,9 volume CO2) sehingga akan menempati tempat yang lebih rendah, seperti dasar jurang makhluk hidup yang terjebak dalam daerah tersebut akan meninggal seketika karena sulit bernafas. Gas CO2 memiliki suhu kritis yang cukup tinggi yakni sekitar 31oC. Memiliki titik kritis 73 atm. CO2 cair akan membeku pada suhu -56,6oC (5,2 atm). Tekanan uap padatnya adalah 1 atm pada 79oC sehingga sangat memungkinkan untuk menguap pada udara terbuka tanpa mencair terlebih dahulu. Bila CO2 cair dibiarkan menguap, maka akan terbentuk massa kristalin seperti salju yang dapat dipakai sebagai perendah suhu. Kestabilannya terhadap panas hampir sama dengan air. Kadar gas CO2 sekitar 0,035% dalam udara dan menempati urutan keempat setelah nitrogen, oksigen dan argon. Gas CO2 yang ada di udara sebagian besar berasal dari gas buang pada pembakaran bahan baker fosil, sebagian lagi dari pembakaran hutan, beberapa dari pembakaran material organik dan sebagian lagi dari pernafasan makhluk hidup.

Pembuatan CO2
Gas CO2 dapat diperoleh melalui beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut:

Carbon dibakar dengan oksigen berlebih, juga melalui reaksi CO dan O2 secara elektrokimia.
Pada reaksi sebagai berikut:
CO + ½O2 --> CO2 delta H = 67,6 kkal

Melalui pernafasan.
Seperti yang kita ketahui bahwa kita bernafas dengan oksigen dan mengelurkan CO2.

Dalam laboratorium
Dalam laboratorium dapat dibuat gas CO2 dengan mereaksikan asam encer dan karbonat – karbonat logam dengan pesawat KIPP. Dengan reaksi sebagai berikut:
CaCO3 + 2 HCl --> CaCl2 + H2O + CO2

Dalam Industri
Dalam imdustri diperoleh CO2 sebagai hasil samping dalam proses tertentu seperti pada:

Proses fermentasi alkohol dari gula yang ditunjukkan pada persamaan berikut:
C6H12O6 --> 2 C¬2¬H5OH + 2 CO2

Pembuatan batu gamping yang ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut:
CaCO3¬ --> CaO + CO2

Gas CO2 yang dicampur dengan nitrogen yang dapat diperoleh melalui pembakaran kokas, ataupun melalui pembakaran karbon diudara yang kemudian akan dialirkan dalam larutan pekat K2CO3.CO2 yang kemudian akan terserap dalam KHCO3. yang dapat di lihat pada persamaan berikut:
CO2 --> CO2 + H2O --> H2CO3
Gas larut
yang kemudian ditambahkan denagn larutan pekat K2CO3.CO2 menjadi:
H2CO3 + 2 K+ + CO32- --> 2 K+ + 2 HCO3-
Pada reaksi tersebut bila tekanan diperkecil, kemudian dipanaskan maka akanterjadi reaksi sebaliknya dan CO2 bebas dan hidrat akan dibebaskan.

CO2 murni dapat juga diperoleh dari melakukan pemanasan natrium bikarbonat pada persamaan berikut:
2 NaHCO3 --> Na2CO3 + CO2 H2O
Manfaat utamanya adalah bahan pendingin (CO2 padat lebih dikenal sebagai es kering) dalam pemadam kebakaran serta untuk minuman yang karbonat, soda untuk mencuci (Na2CO3.10H¬2O), soda kue (NaHCO3) dan timbale pemutih [Pb3(OH)2(CO3)2].

Efek Rumah Kaca (greenhouse effect)
Efek rumah kaca sendiri berasal dari kondisi yang umum terjadi di rumah kaca. Yaitu sinar matahari yang akan masuk kedalam rumah kaca akan terperangkap di dalam dan tidak dapat keluar sedangakan sinar matahari terus menerobos kedalam sehingga suasana didalam rumah tersebut akan semakin hangat atau mungkin menjadi panas. Penelitian menunjukkan bahwa gas karbon dioksida yang berlebihan diatmosfir memilki sifat tersebut yaitu memerangkapkan sinar matahari di atmosfir yang menyebabkan suhu di bumi semakin hari semakin panas yang saat ini sering disebut sebagai global warming yang terus menjadi sorotan. Jika hal tersebut terus berlanjut maka tak diragukan lagi lapisan es di kutub utara maupun lapisan es dikutub selatan makin lama akan semakin mencair dan hal itu pasti akan berpengaruh pada naiknya permukaan air laut yang akan membahayakan makhluk hidup secara keseluruhan.


Manfaat Karbon Dioksida (CO2)
Selain memilki efek yang berbahaya, CO2 juga mempunyai manfaat adapun manfaat dari CO2 sediri adalah sebagai berikut:
Pada proses Fotosintesis
Tak dipungkiri lagi bahwa CO2 sangat berperan pada proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan dan yang sangat diperlukan oleh seluruh makhluk hidup. Fotosintesis memerlukan CO2 dan air agar dapat menghasilkan karbohidrat, yang dapat di lihat dari persamaan berikut:
6 CO2 + 6 H2O --> C6H12O6 + O2

Industri makanan dan minuman
Manfaat CO2 juga dapat kita jumpai pada proses pembuatan roti yang berfungsi sebagai pengembang roti dengan bantuan ragi. Pada saat roti yang dicampur soda kue atau ragi kita panaskan maka gas CO2 akan dibebaskan dan akan tertangkap oleh kantung gluten yang terdapat pada tepung yang akan menyebabkannnya dapt mengembang. Selain itu CO2 padat (es kering) juga digunakan untuk mendinginkan es krim.
Pada produk minuman khususnya yang bersoda. Gas tinbul pada minuman tersebut adalah CO2 yang membebaskan diri.

Bahan pemadam kebakaran
Karbon dioksida yang disemburkan pada api melalui selang pemadam kebakaran tersebut akan segera menyelimuti api, sehingga api tidak akan terkena kontak dengan oksigen sehingga pembakaran akan terhenti, karena pembakaran terhenti, maka api dapat segera padam.

Tanpa bermaksud untuk menjelekkan produk minuman Coca Cola ya. Soalnya ini berlaku juga buat soda yg lain. Karena minuman soda tidak pantas untuk diminum, apalagi dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Buat tubuh, memang berbahaya. Akan tetapi, bermanfaat buat hal-hal yang tidak berkenaan dengan tubuh manusia. Manfaat yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:


Untuk membersihkan toilet :
Tuangkan sekaleng Coca-Cola ke dalam toilet. Tunggu sejam, kemudian siram sampai bersih. Asam sitric dalam Coca-Cola menghilangkan noda-noda dari keramik.

Untuk membersihkan radiator mobil :
Campur sekaleng Coca-Cola ke dalam radiator. Panaskan mesin 15-30 menit. Dinginkan mesin, setelah itu buang air radiator. Anda akan melihat karat yang rontok bersama
air tersebut.

Untuk menghilangkan titik-titik karat dari bumper chrome mobil :
Gosok bumper dengan gumpalan alumunium foil yang direndam dalam Coca-Cola.

Untuk membersihkan korosi dari terminal aki mobil :
Tuangkan sekaleng Coca-Cola di atas terminal aki untuk membersihkan korosi.

Untuk melonggarkan baut yang berkarat :
Gosokkan kain yang direndam dalam Coca-Cola pada baut yang berkarat.

Untuk menghilangkan noda-noda lemak pada pakaian :
Tuangkan sekaleng Coca-Cola ke dalam tumpukan cucian yang bernoda lemak, tambahkan detergent, dan putar dengan putaran normal. Coca-cola/Pepsi akan menolong menghilangkan noda lemak.

Coca-Cola juga membersihkan kabut pada kaca depan mobil.

Untuk Perhatian Kita

PH rata-rata dari soft drink, a.l. Coca-Cola & Pepsi adalah 3 - 4. Tingkat keasaman ini cukup kuat untuk melarutkan gigi dan tulang! Tubuh kita berhenti menumbuhkan tulang pada usia sekitar 30th. Setelah itu tulang akan larut setiap tahun melalui urine tergantung dari tingkat keasaman makanan yang masuk. Semua Calcium yang larut berkumpul di dalam arteri, urat nadi, kulit, urat daging dan organ, yang mempengaruhi fungsi ginjal dalam membantu pembentukan batu ginjal. Soft drinks tidak punya nilai gizi (dalam hal vitamin dan mineral). Mereka punya kandungan gula lebih tinggi, lebih asam, dan banyak zat aditif seperti pengawet dan pewarna.

Sementara orang suka meminum soft drink dingin setelah makan, coba tebak apa akibatnya? Akibatnya, Tubuh kita mempunyai suhu optimum 370 supaya enzim pencernaan berfungsi. Suhu dari soft drink dingin jauh di bawah 37, terkadang mendekati 0. Hal ini mengurangi keefektivan dari enzim dan memberi tekanan pada sistem pencernaan kita, mencerna lebih sedikit makanan. Bahkan makanan tersebut difermentasi. Makanan yang difermentasi menghasilkan bau, gas, sisa busuk dan racun, yang diserap oleh usus, di edarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Penyebaran racun ini mengakibatkan pembentukan macam-macam penyakit.

Faktanya, ada sebuah kompetisi di Universitas Delhi : Siapa dapat minum Coca-Cola paling banyak?? Pemenangnya meminum 8 botol dan mati seketika karena kelebihan Karbondioksida dalam darah dan kekurangan oksigen. Setelah itu, Rektor melarang semua soft drink di semua kantin universitas.

Seseorang menaruh gigi patah di dalam botol pepsi, dan dalam 10 hari gigi tersebut melarut! Gigi dan tulang adalah satu-satunya organ manusia tetap utuh selama tahunan setelah manusia mati Bayangkan Apa yang minuman tersebut pasti lakukan pada usus dan lapisan perut kita yang halus!

Sebaiknya berpikir terlebih dahulu sebelum meneguk minuman bersoda. Kenapa??
1. Soda Sebabkan Tulang Rapuh
Ada sejumlah penelitian yang mengaitkan minuman soda dengan tulang rapuh. Tapi ini bukanlah hal yang perlu ditakutkan. Pasalnya, banyak makanan yang bisa meningkatkan kekuatan tulang.

2. Tinggi Kandungan Kafeinnya
Selain kafein, minuman soda juga mengandung zat-zat aditif lainnya. Dalam sebuah studi yang dilakukan peneliti dari Creighton University, Nebraska, AS, tahun 2001, ditemukan jumlah kalsium dalam tubuh akan berkurang setelah mengonsumsi minuman berkarbonasi yang memang tinggi kafeinnya.

Sebuah studi di tahun 2006 juga menyatakan, wanita yang mengonsumsi minuman soda tiga kali dalam seminggu selama bertahun-tahun memang memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah dibanding dengan mereka yang lebih banyak minum air putih.

3. Mengandung Gula
Dibandingkan dengan minuman lain, minuman bersoda mengandung paling banyak gula. Dalam sekaleng soda terkandung sedikitnya sembilan sendok teh gula. Padahal, kebutuhan gula dalam tubuh kita tak boleh lebih dari empat sendok teh per hari. Bayangkan jika Anda minum minuman bersoda tiga kali dalam sehari!

Untuk menghindari itu semua, ahsan kita minum air putih yang begitu banyak manfaatnya.

Ini bukan hasil karya sendiri melainkan hasil saduran dari beberapa sumber