Jumat, 09 April 2010

Assalamu a'laikum wr wb.

Buat rekan-rekan mahasiswa di KLB YAZVIEN yang ingin mengkopi bahan matakuliah say a silakan mendownlood

PENGERTIAN LINGUISTIK

1. Pengertian Linguistik Umum.

Secara umum linguistik adalah bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai
objek kajiannya . Linguistik berasal dari bahasa latin yaitu lingua adalah bahasa
,sedangkan istilah dari prancis linguistik adalah linguistique ,dari bahasa inggris adalah
linguistics. Pakar linguistic di sebut juga Linguis .

2. Ciri-ciri Keilmuan Linguistik.

Ristal menyimpulkan bahwa Linguistik mempunyai 3 ciri yaitu:
a. Eksplisit, artinya jelas, menyeluruh, tidak mempunyai dua makna, pasti / konsisten.
Contoh:
Men+sikat=menyikat
Men+sapu=menyapu
b. Sistematis, artinya berpola dan beraturan.
c. Objektif, artinya sesuai keadaan atau apa adanya.

3. Hakikat Linguistik.

Ferdinan Dee Sanssure (Prancis) di anggap sebagai pelopor linguistic modern.
Bukunya yang terkenal adalah Cours de linguistique generale (1916).
Beberapa istilah yang digunakan olehnya adalah yang digunakan dalam linguistic, yaitu:
1) Language.
Adalah satu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya
pembawaan.
2) Langue.
Adalah mengacu pada suatu sitem bahasa tertentu yang ada dalam benak seseorang.
3) Parole.
Adalah ujaran yang diucapkan atau di dengar oleh kita.

4. Perbedaan Linguistik Umum dan Linguistik Spesifik.

Linguistik umum adalah ilmu yang tidak mengkaji sebuah bahasa saja.
Linguistik spesifik adalah ilmu yang hanya mempelajari / mengkaji sebuah bahasa saja.

5. Jenis-Jenis Linguistik.

a) Jenis-Jenis linguistik berdasarkan pembidangannya.
1. Linguistik umum / general linguistics.
Adalah linguistik yang merumuskan secara umum semua bahasa manusia yang
bersifat alamiah.
2. Linguistik terapan (Applied Linguistik).
Adalah ditujukan untuk menerapkan kaidah-kaidah linguistik dalam kegiatan praktis ,
seperti dalam pengajaran bahasa, terjemahan, penyusunan kamus, dan sebagainya.
3. Linguistik teoritis.
Adalah linguistic yang hanya ditujukan untuk mencari atau menemukan teori-teori
linguistik belaka.





b) Jenis-jenis linguistik berdasarkan telaahnya.
1. Linguistik Mikro. Adalah struktur internal bahasa itu sendiri, mencakup struktur fonologi,
morpologi, sintaksis dan leksikon.
2. Linguistik Makro. Adalah bahasa dalam hubungannya dengan factor-faktor di luar
bahasa, seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolilinguistik dan dialektologi.

c) Jenis-jenis linguistik berdasarkanpendekatan objek.
1. Linguistik Deskriptif. Adalah linguistik yang hanya menggambarkan bahasa apa
adanya pada saat penelitian dilakukan.
2. Linguistik Perbandingan. Adalah jenis linguistic yang membedakan 2 bahasa atau lebih
pada waktu yang berbeda.
3. Linguistik Kontrastif. Adalah jenis linguistic yang membedakan 2 bahasa atau lebih
pada waktu tertentu.
4. Linguistik Singkronis Adalah jenis linguistic yang mempelajari 1 bahasa pada satu waktu.
5. Linguistik Diakronis. Adalah jenis linguistic yang mempelajari 1 bahasa pada satu waktu
yang berbeda.

d). Jenis-jenis linguistik adanyadisebut linguistik sejarah dan sejarah linguistik.
1. Linguistik Sejarah. Adalah mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa
atau sejumlah bahasa, baik dengan diperbandingkan maupun tidak.
2. Sejarah Linguistik. Adalah mengkaji perkembangan ilmu linguistic, baik mengenai
tokoh-tokohnya, aliran-alirannya, maupun hasil-hasil kerjanya.

6. Tataran Linguistik.

Dibagi menjadi 4 bagian:
1.Fonologi Adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji banyak bahasa, ciri-ciri bahasa, cara
terjadinya dan fungsinya sebagai pembeda makna. Kajian fonologi adalah fonem.
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan
makna.

2.Morfologi Adalah cabang ilmu yang mempelajari seluk beluk proses pembentukan tata
dan perubahan makna kata. Morpen adalah bentuk bahasa yang dapat di potong-
potong menjadi bagian yang lebih kecil.
Morfologi dibagi 3, yaitu:
a. Kata adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil.
b. Sistem adalah satuan dramatic yang berdiri sendiri.
c. Morpen.

3. Sintaksis Adalah ilmu yang mempelajari tata kalimat.terdiri dari:
1. Wacana Adalah suatu wacana yang lengkap, merupakan suatu gramatikal tertinggi
dalam hierarki gramatikal.
2. Kalimat Adalah suatu sistaksis yang terdiri dari konstitun dasaqr, yang biasanya berupa
klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan dan disertai intonasi final.
3. Klausa Adalah satuan sintaksis berbentuk rangkaian kata-kata yang berkonstruksi
predikatif.
4. Frase Adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak mempunyai
unsur predikat.

4. Semantik.
Adalah ilmu yang mempelajaari makna bahasa.



7. Sifat-sifat Bahasa ,terdiri dari:
1. Bahasa itu adalah sebuah system
2. Bahasa itu berwujud lambing.
3. Bahasa itu berupa bunyi.
4. Bahasa itu bersifat arbitrer.
5. Bahasa itu bermakna.
6. Bahasa itu bersifat konvensional.
7. Bahasa itu bersifat unik.
8. Bahasa itu bersifat universal.
9. Bahasa itu bervariasi.
10. Bahasa itu bersifat dinamis.
11. Bahasa itu bersifat produktif.
12. Bahasa itu bersifat manusiawi.

8. Hakikat Bahasa .

Bahasa adalah ujaran yang bermakna.sedangkan hakikatbahasa adalah ujaran yang
sebenarnya yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

9. Unsur-Unsur Bahasa.

Terdiri dari:
1. Unsur bentuk, terdiri dari :
a. Bahasa lisan (objek primer)
b. Bahasa tulisan (objek sekunder)
2. Unsur makna.

10. Aliran-Aliran Linguistik.

Sejarah linguistic yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran linguistic.
Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa sehingga melahirkan berbagai tata bahasa.
Aliran linguistic terdiri dari :

a. Aliran tradisional.
Adalah melahirkan sekumpulan penjelasan dan aturan tata bahasa yang dipakai kurang
lebih selama dua ratus (200) tahun lalu. Aliran ini merupakan warisan dari studi preskriptif
abad kr-18.
b. Aliran structural.
Adalah aliran linguistic yang berpengaruh sejak tahun 1930-an sampai akhir 1950-an.
Syarat-syarat tata bahasa yaitu :
a. Kalimat yang di hasilkan oleh kata bahasa itu harus diterima oleh pemakai bahwa
kalimat tersebut sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
b. Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa sehingga satuan atau istilah
yang di gunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya
harus sejajar dengan teori linguistic tertentu.








Pengertian bahasa

Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tersebut sependapat bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda-tandayang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa – apakah bahasa mirip realitas atau tidak – mereka belum sepakat. Dua filsuf besaryang pemikirannya terus berpengaruh sampai saat ini adalah Plato dan Aristoteles. Ruang Lingkup Ilmu Bahasa Secara umum, bidang ilmu bahasa dapat fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Beberapa bidang tersebut dijelaskan dalam sub-bab berikut ini.

Fonetik

Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa. Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk mempelajari dan mengucapkan bunyiyang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan antara they dan day,.
Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik, departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat, seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa.

Fonologi

Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan tersebut.

Morfologi

Morfologi lebih banyak mengacu pada analisis unsur-unsur pembentuk kata. Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi (atau kimia?) perlu memahami zat apa yang dapat bercampur dengan suatu zat tertentu untuk menghasilkan obat flu yang efektif; sama halnya seorang ahli linguistik bahasa Inggris perlu memahami imbuhan apa yang dapat direkatkan dengan suatu kata tertentu untuk menghasilkan kata yang benar. Misalnya akhiran -¬en dapat direkatkan dengan kata sifat dark untuk membentuk kata kerja darken, namun akhiran -¬en tidak dapat direkatkan dengan kata sifat green untuk membentuk kata kerja. Alasannya tentu hanya dapat dijelaskan oleh ahli bahasa, sedangkan pengguna bahasa boleh saja langsung menggunakan kata tersebut.

Sintaksis

Analisis sintaksis mengacu pada analisis frasa dan kalimat. Salah satu kemaknawiannya adalah perannya dalam perumusan peraturan perundang-undangan. Beberapa teori analisis sintaksis dapat menunjukkan apakah suatu kalimat atau frasa dalam suatu peraturan perundang-undangan bersifat ambigu (bermakna ganda) atau tidak. Jika bermakna ganda, tentunya perlu ada penyesuaian tertentu sehingga peraturan perundang-undangan tersebut tidak disalahartikan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Semantik

Kajian semantik membahas mengenai makna bahasa. Analisis makna dalam hal ini mulai dari suku kata sampai kalimat. Analisis semantik mampu menunjukkan bahwa dalam bahasa Inggris, setiap kata yang memiliki suku kata ‘pl’ memiliki arti sesuatu yang datar sehingga tidak cocok untuk nama produk/benda yang cekung. Ahli semantik juga dapat membuktikan suku kata apa yang cenderung memiliki makna yang negatif, sehingga suku kata tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai nama produk asuransi.

Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa

Ilmu bahasa terus berkembang dan semakin memainkan peran penting dalam dunia ilmu pengetahuan.
Tradisi tata bahasa Yunani-Latin berpengaruh ke bahasa-bahasa Eropa lainnya. Tata bahasa Dionysius Thrax pada abad 5 diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia, kemudian ke dalam bahasa Siria. Selanjutnya para ahli tata bahasa Arab menyerap tata bahasa Siria. Minat meneliti bahasa-bahasa di Eropa sebenarnya sudah dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain dengan ditulisnya tata bahasa Irlandia (abad 7 M), tata bahasa Eslandia (abad 12), dan sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana dalam kesusastraan, dan bila menjadi objek penelitian di universitas tetap dalam kerangka tradisional. Tata bahasa dianggap sebagai seni berbicara dan menulis dengan benar. Tugas utama tata bahasa adalah memberi petunjuk tentang pemakaian "bahasayang baik" , yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk pemakaian "bahasa yang baik" ini adalah untuk menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yang dapat "merusak" bahasa seperti kata serapan, ragam percakapan, dan sebagainya.

Selain di Eropa dan Asia Barat, penelitian bahasa di Asia Selatan yang perlu diketahui adalah di India dengan ahli gramatikanya yang bemama Panini (abad 4 SM). Tata bahasa Sanskrit yang disusun ahli ini memiliki kelebihan di bidang fonetik. Keunggulan ini antara lain karena adanya keharusan untuk melafalkan dengan benar dan tepat doa dan nyanyian dalam kitab suci Weda. Sampai menjelang zaman Renaisans, bahasa yang diteliti adalah bahasa Yunani, dan Latin. Bahasa Latin mempunyai peran penting pada masa itu karena digunakan sebagai sarana dalam dunia pendidikan, administrasi dan diplomasi internasional di Eropa Barat. Pada zaman Renaisans penelitian bahasa mulai berkembang ke bahasa-bahasa Roman (bahasa Prancis, Spanyol, dan Italia)yang dianggap berindukkan bahasa Latin, juga kepada bahasa-bahasa yang nonRoman seperti bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Swedia, dan Denmark.

Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa
Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli
bahasa dari kelompok Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara
untuk mengetahui hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif.
Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain:

1). Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik,
Gaulis.
2). Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia.
3). Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.
4). Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.
5). Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia.
6). Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.
7). Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid.
8). Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea.
9). Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.
10). Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma.
11). Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan.
12). Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan
13). Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai.

Keberhasilan kaum Junggramatiker merekonstruksi bahasa-bahasa proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli linguistik abad 20,antara lain Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan strukturalisme. Dalam strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistemyang berkaitan (system of relation). Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung dalam membentuk sistem tersebut.


Beberapa pokok pemikiran Saussure:
1). Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana
yang mewakili ujaran.
2). Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para
ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis
dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya
berbicara.
3). Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun
bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.
4). Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda)
dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah
satu berubah, yang lain juga berubah.
5). Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek penelitian.
6). Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.
7). Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai
bahasa dari suatu kelompok social (langue) dengan bahasa sebagai manifestasi
setiap penuturnya (parole).
8). Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan
asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain
karena ada kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan
antarsatuan pembentuk sintagma dengan mempertentang suatu satuan dengan
satuan lain yang mengikuti atau mendahului.








KOMUNIKASI

Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus
yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai
proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.

Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan
berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman
yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh
keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan
bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui
sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak bisa
menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi, sehingga
definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-
masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain,
tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi
sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi.

Menurut Frank E.X. Dance dalam bukunya Human Communication Theory terdapat
126 buah definisi tentang komunikasi yang diberikan oleh beberapa ahli dan dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaja Pengantar Ilmu Komunikasi dijabarkan tujuh buah definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut adalahs ebagai berikut:

1.Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). (Hovland, Janis & Kelley:1953) Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.(Berelson dan Stainer, 1964). Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan
apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who?
Says what? In which channel? To whom? With what effect?) (Lasswell, 1960)
2.Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. (Gode, 1959) Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. (Barnlund, 1964)
3.Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. (Ruesch, 1957)
4.Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. (Weaver, 1949)
Kita lihat dari beberapa definisi tersebut saling melengkapi. Definisi pertama menjelaskan penyampaian stimulus hanya dalam bentuk kata-kata dan pada definisi kedua penyampaian stimulus bisa berupa simbol-simbol tidak hanya kata-kata tetapi juga gambar, angka dan lain-lain sehingga yang disampaikan bisa lebih mewakili yaitu termasuk gagasan, emosi atau keahlian.
Definisi pertama dan kedua tidak bicara soal media atau salurannya, definisi ke tiga dari lasswell melengkapinya dengan komponen proses komunikasi secara lebih lengkap. Pengertian ke-empat dan seterusnya memahami komunikasi dari konteks yang berbeda menghasilkan pengertian komunikasi yang menyeluruh mewakili fungsi dan karakteristik komunikasi dalam kehidupan manusia.
Ke-tujuh definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa komunikasi mempunyai pengertian yang luas dan beragam. Masing-masing definisi mempunyai penekanannya dan konteks yang berbeda satu sama lainnya.
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Setiap pelakuk komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru. Demikianlah ke –empat tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulang-ulang.

Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang
menjalankan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk
kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau
tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat terjadi
dalam diri seseorang, antara dua orang, di antara beberapa orang atau banyak
orang. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan
sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya.

Dalam rangka pembahasan mengenai “ teknik komunikasi ” terlebih dahulu perlu
dijelaskan pengertian komunikasi. Jadi, sebelum kita mengadakan paparan untuk
menjawab pertanyaan “ bagaimana kita
berkomunikasi ” (how to communicate), terlebih dahulu kita harus merasa jelas tentang
“ apa itu komunikasi ” (what is communication), pengertian komunikasi dengan segala
aspek yang dicakupnya. Pengertian komunikasi hams ditinjau dari dua sudut pandang,
yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara
paradigmatik, sehingga akan menjadi jelas bagaimana pelaksanaan teknik komunikasi
itu. Pengertian komunikasi secara umum Setiap orang yang hidup dalam masyarakat,
sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam
komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social
relations). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling
berhubungan satu sama lain yang, karena berhubungan, menimbulkan interaksi sosial
(social interaction). Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi
(intercommunication). Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihatdari dua segi:

A.Pengertian komunikasi secara etimologis. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Perkataan communis tersebut dalam pembahasan kita ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang sering dijumpai dalam kegiatan politik. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Denganlain perkataan, hubungan antara orang-orang itu ddak komunikatif.

B.Pengertian komunikasi secara terminologis. Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan
sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau social comunication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya. Robinson Crusoe, yang hidup menyendiri di sebuah pulau terpencil, tidak hidup bermasyarakat karena dia hidup sendirian. Oleh sebab itu dia tidak berkomunikasi dengan siapa-siapa.Dari pengertian di atas/ komunikasi yang dibahas di sini tidak termasuk komunikasi hewan, komunikasi transendental, dan komunikasi fisik. Komunikasi hewan adalah komunikasi antarhewan. Gajah dengan gajah berkomunikasi, bumng dengan bumng berkomunikasi, dan sebagainya. Pada kenyataannya memang ada manusia berkomunikasi dengan hewan, misalnya polisi dengan anjing pelacak, petani pembajak sawah dengan kerbau piaraannya, dan sebagainya. Tetapi komunikasi tersebut tidak termasuk pembahasan di sini. Komunikasi transendental adalah komunikasi dengan sesuatuyang bersifat “ gaib ” , termasuk komunikasi dengan Tuhan. Orang yang sedang sembahyang, baik yang sedang melakukan kewajibannya sebagai umat beragama ataupun yang tengah meminta sesuatu, misalnya sembahyang hajat atau sembahyang istikharah di kalangan pemeluk agama Islam, adalah tengah berkomunikasi dengan Tuhan. Tetapi komunikasi jenis ini bukan komunikasi sosial, komunikasi antarmanusia. Komunikasi fisik adalah komunikasiyang menghubungkan tempat yang satu dengan tempat yang lain, misalnya dua tempat yang dihubungkan oleh kereta apt, bis, pesawat terbang, dan lain-lain kendaraan, yang mengangkut manusia. Tetapi ini bukan komunikasi sosial atau komunikasi antarmanusia. Jadi, bukan masalah yang dibahas disini, meskipun ada kalanya terdapat kaitannya pula dengan komunikasi antarmanusia, misalnya surat berisikan pesan seseorang kepadaorang lain yang diangkut oleh kereta api atau pesawat terbang. Jadi, teknik berkomunikasi yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan di sini adalah komunikasi antara seseorang dengan orang lain, komunikasi manusia atau komunikasi sosial yang, sebagaimana ditegaskan di atas, mengandung makna “ proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain ” .

C. Pengertian komunikasi secara paradigmatic.
Telah dijelaskan di muka dalam pengertian secara umum komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial. Komunikasi dalam pengertian ini sering terlihat pada perjumpaan dua orang . Mereka saling memberikan salam, bertanya tentang kesehatan dan mengenai keluarga, dan sebagainya. Atau dapat disaksikan pada duaorang yang , meskipun tidak saling mengenai sebelumnya, tetapi karena duduk berdekatan, lalu terlibat dalam percakapan, misalnya di dalam kereta api, bis, atau pesawat terbang. Pada kedua contoh situasi komunikasi itu tidak terdapat tujuan apa- apa, tetapi sekadar membunuh waktu karena rasanya tidak enak duduk bersama-sama berjam-jam tanpa saling menyapa. Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan ter-tentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spandoek, dan sebagainya. Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional (intentional), mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesanyang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran. Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis ini banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi dari sekian banyak definisi itu dapat disimpulkan secara lengkap dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu:

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior). Jadi ditinjaudari segi si penyampai pernyataan, komunikasi yangbertujuan bersifat informatifdan persuasif. Komunikasi persuasif (persuasive communication ) lebih sulit daripada komunikasi informatif (informative communicattion), karena memang tidak mudah untuk mengubah sikap, pendapat, atau penlaku seseorang atau sejumlahorang. Demikian pengertian komunikasi secara umum dan secara paradigmatis yang penting untuk dipahami sebagai landasan bagi penguasaan teknik berkomunikasi. Adalah komunikasi secara paradigmatis yang dipelajari dan diteliti ilmu Komunikasi.
PROSES KOMUNIKASI Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan di atas, tampak ada-nya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam “ bahasa komunikasi ” komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut: - komunikator -orang yang menyampaikan pesan; - pesan - pernyataan yang didukung oleh lambang; - komunikan - orang yang menerima pesan; - media - sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya; - efek - dampak sebagai pengaruh dari pesan. Teknik berkomunikasi adalah cara atau “ seni ” penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan
komunikator adalah pemyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan sebagainya. Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya bahasa. Dikatakan bahwa umumnya bahasa yang dipergunakan untuk menyalurkan pemyataan itu, sebab ada juga lambang lain yang dipergunakan, antara lain kial - yakni gerakan anggota tubuh - gambar, warna, dan sebagainya. Melambaikan tangan, mengedipkan mata, mencibirkan bibir, atau menganggukkan kepala adalah kial yang merupakan lambang untuk menunjukkan perasaan atau pikiran seseorang. Gambar, apakah itu foto, lukisan, sketsa, karikatur, diagram, grafik, atau lain-lainnya, adalah lambang yangbiasa digunakan untuk menyampaikan pemyataan seseorang. Demikian pula warna, seperti pada lampu lalu lintas: merah berarti berhenti, kuning berarti siap, dan hijau berarti berjalan; kesemuanya itu lambang yang dipergunakan polisi lalu lintas untuk menyampaikan instruksi kepada para pemakai jalan. Di antara sekian banyak lambang yang biaa digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, sebab bahasa dapat menunjukkan pemyataan seseorang mengenai hal-hal, selain yang kongkret juga yang abstrak, baik yang terjadi saat sekarang maupun waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Tidak demikian kemampuan lambang-lambang lainnya.Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni: a. dampak kognitif, b. dampak afektif, c. dampak behavioral Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan. Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekadar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Untuk contoh mengenai ketiga jenis dampak di atas dapat diambil dari berita surat kabar. Pernah sebuah surat kabar membuat berita yang dilengkapi foto mengenai seorang wanita yang menderita tumor yang menahun sehingga pemtnya besar tak terperikan. Peristiwa yang diberitakan lengkap dengan fotonya itu menarik perhatian banyak pembaca. Berita tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis efek. Jika seorang pembaca hanya tertarik untuk membacanya saja dan kemudian ia menjadi tahu, maka dampaknya hanya berkadar kognitif saja. Apabila ia merasa iba atas penderitaan perempuan yang hidupiya tidak berkecukupan itu, berita tersebut menimbulkan dampak afektif. Tetapi kalau si pembaca yang tersentuh hatinya itu, kemudian pergi ke redaksi surat kabar yang memberitakannya dan menyerahkan sejumlah uang untuk disampaikan kepada si penderita, maka berita tadi menimbulkan dampak behavioral.


Pengertian bahasa
Bahasa adalah sistem kode verbal. Bahasa merupakan seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, obyek dan peristiwa. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Kata-kata adalah abstraksi realitas individual yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas obyek atau konsep yang diwakili oleh kata-kata itu.

Komunikasi Verbal DESKRIPSI Pokok bahasan komunikasi verbal membahas mengenai pesan verbal yaitu bahasa sebagai sistem kode verbal dan fungsi bahasa. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu menjelaskan komunikasi verbal yaitu bahasa sebagai sistem kode verbal dan fungsi bahasa.

1.Pengertian
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Kata-kata adalah abstraksi realitas individual yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas obyek atau konsep yang diwakili oleh kata-kata itu.
Bahasa adalah sistem kode verbal. Bahasa merupakan seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, obyek dan peristiwa.



Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia[2]. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa kerja. Dari sudut pandang linguistik, Bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan “imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

A.Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.

B.Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah.[Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.

C.Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.

D.Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

E.Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A. Rinkes, melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan.[12] Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai “bahasa persatuan bangsa” pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan,

F.“Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.”

G.Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.


Bahasa Ibu

Pikiran Rakyat, 21 Feb 2010. Asep Supriadi, Staf Teknis Balai Bahasa Bandung.
Lahirnya Hari Bahasa Ibu Internasional awalnya merupakan pengakuan internasional terhadap adanya gerakan bahasa di Bangladesh pada 21 Februari 1952. Pada waktu itu, rakyat Bangladesh berunjuk rasa besar-besaran untuk mempertahankan bahasa Bangla agar tidak punah dari negaranya. Berdasarkan gerakan bahasa di Bangladesh itulah Badan Internasional UNESCO menetapkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional yang dimulai sejak 1999. Sejak saat itu, setiap tanggal 21 Februari, setiap negara memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional, termasuk di Indonesia. Bahasa ibu dalam literatur sosiolinguistik makro kajian pemertahanan bahasa lazimnya tertuju pada bahasa ibu dalam konteks bilingual, yang dalam hal ini terdapat bahasa ibu (minor language) atau bahasa etnis berhadapan dengan bahasa utama (major language), seperti bahasa nasional. Jadi, bahasa ibu adalah bahasa daerah yang digunakan dalam suatu wilayah tertentu, misalnya wilayah Jawa Barat bahasa ibunya adalah bahasa Sunda. Salah satu kaitannya dengan bahasa ibu ini adalah tentang penggunaan nama-nama orang yang berasal dari bahasa ibu (bahasa Sunda). Apakah arti nama-nama orang dari bahasa ibu itu bermakna baik atau tidak? Untuk mengetahui arti nama-nama orang itu baik atau tidaknya, kita bisa melacaknya dalam Kamus Bahasa Sunda Kuno Indonesia yang dibuat Elis Suryani N.S. dan Undang Ahmad Darsa (2003).
Biasanya, nama diberikan dengan merujuk kepada asal-usul, tujuan, harapan, bahkan hari dan bulan kelahiran. Pada sebuah nama juga terkandung pesan dan harapan orang tua terhadap anak yang diberi nama itu. Orang tua dalam memberi nama kepada anak tidak sembarangan. Pemberian nama anak biasanya disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat. Nama itu harus mengandung makna yang sakral, baik, dan indah, sehingga kalau dipanggil nama itu enak didengarkan. Bagi orang Sunda, nama itu bukan sekadar indah atau merdu bila diucapkan, tetapi juga harus mengandung makna yang baik.Untuk mengetahui nama-nama orang dari bahasa Sunda bermakna baik atau tidaknya, bisa disimak dari kesepuluh contoh nama yang biasa digunakan orang Sunda seperti Adi, Ari, Jaya, Komala, Asih, Lolita, Aris, Iwa, Mala, dan Yoni.
Kesepuluh nama tersebut kemudian ditelusuri maknanya berdasarkan Kamus Sunda Kuno Indonesia. Adi maknanya setuju, permulaan, pertama, indah, keindahan, unggul, atas, besar, tertinggi, terutama, terbaik, ulung, presiden, dan pemimpin. Nama Ari bermakna henti, senang, teguh hati, dan tetap hati. Nama Jaya bermakna menang, jaya, kemenangan, pemenang, sangat unggul, dan pandai. Komala atau Kumala bermakna halus, lemah-lembut, lembut, lunak, dan batu permata. Asih bermakna cinta kasih, cinta, kasih, sayang, dan belas kasihan. Dari kelima nama tersebut, semuanya bermakna baik.
Selanjutnya, Lolita bermakna gemetar dan tamak. Aris bermakna lemah. Iwa bermakna iri hati. Mala bermakna kotor dan Yoni bermakna kemaluan perempuan. Kelima nama tersebut kalau diucapkan dan didengarkan memang terasa indah dan merdu, tetapi dari segi maknanya dalam Kamus Bahasa Sunda Kuno Indonesia memunyai arti yang tidak baik. Dari kelima nama yang bermakna tidak baik itu, ada dua nama yang bisa diubah, yaitu Lolita dan Mala. Seperti nama Lolita, agar nama itu bermakna baik bisa ditambahkan awalan ingkar (awalan yang berarti tidak) di depan nama tersebut, menjadi Alolita dengan arti tidak gemetar atau tidak tamak. Bisa juga dengan kata Lalitya atau Lalita yang artinya cantik, indah, dan molek. Selanjutnya, Mala, agar nama itu bermakna baik bisa ditambahkan di depan kata mala itu kata nir (tidak), menjadi Nirmala yang artinya tidak kotor. Sebagai orang Sunda, menggunakan nama-nama orang dari bahasa Sunda berarti ngamumule bahasa Sunda dan memperlihatkan jati diri sebagai orang Sunda.


Komunikasi Verbal

2.Komunikasi Verbal DESKRIPSI Pokok bahasan komunikasi verbal membahas mengenai pesan verbal yaitu bahasa sebagai sistem kode verbal dan fungsi bahasa. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu menjelaskan komunikasi verbal yaitu bahasa sebagai sistem kode verbal dan fungsi bahasa.

3.Pengertian
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Kata-kata adalah abstraksi realitas individual yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas obyek atau konsep yang diwakili oleh kata-kata itu.
Bahasa adalah sistem kode verbal. Bahasa merupakan seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, obyek dan peristiwa.

Fungsi Bahasa
1. Penamaan (naming atau labeling)
Merujuk pada usaha mengindentifikasi obyek, tindakan atau orang dengan menyebut
Namanya sehingga dapat dirujuk dlam komunikasi.
2. Interaksi Menekankan berbagi gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati
dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3. Transmisi informasi
Melalui bahasa informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Keistimewaan
bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang lintas waktu, dengan
menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan, memungkinkan kesinam
bungan budaya dan tradisi kita.

Syarat Bahasa
1. Untuk mengenal dunia di sekitar kita
2. Berhubungan dengan orang lain
3. Menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.



Keterbatasan Bahasa
1.Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili obyek. Suatu kata hanya mewakili relaitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Kata-kata pada bersifat parsial. Kata-kata sifat cenderung dikotomis (kaya-miskin, musuh-kawan) padahal realitas tidak bersifat hitam putih. Pesan verbal lazim digunakan untuk menerangkan sesuatu yang betrsifat faktual, deskriptif dan rasional.
2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual
Karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda.
Kata- kata mengandung bias budaya Bahasa terikat oleh konteks budaya.
Bahasa dapat dipandang sebagai perluasan budaya.
3. Makna kata
Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan
manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata-kata, namun kata-kata
membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi tidak ada hubungan langsung
antara suatu obyek dan simbol yang digunakan untuk merepresentasikannya.
Pemahaman adalah perasaan subyektif kita mengenai simbol itu. Makna
denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual) dan lebih bersifat publik.
Makna konotatif lebih bersifat pribadi yakni makna di luar rujukan obyektifnya.

ada dua cara untuk mendefinisikan bahasa.
Pertama , definisi fungsional yang melihat bahasa sebagai alat yang dimiliki bersama ( socially shared means )untuk mengungkapkan gagasan. Artinya bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan diantara angota-anggota kelompok sosial untuk memakainya. Karena seperti kita ketahui, kata-kata diberi arti secara arbitrer (sema u nya) oleh kelompok-kelompok. Kita tak pernah memusingkan mengapa bagian tubuh organisme mulai batas leher ke atas disebut kepala; sedangkan dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal pohon dan buah kelapa. Tentunya jauh sekali kaitan antara makna kata kitab dan batik. Kata itu muncul dan dipakai berdasarkan kesepakatan masyarakatnya saja, tak bisa dicarikan alasan logisnya.
Kedua , definisi formal yang menyatakan bahwa bahasa merupakan semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa yang berlaku, menjadi: saya harus belajar supaya pandai. Setiap bahasa memiliki peraturan penyusunan bahasa ( grammar) masing-masing. Bahasa Indonesia mempunyai tata bahasa yang berbeda dari bahasa Inggris, Prancis, spanyol dan sebagainya. Jika kita ingin menghasilkan kalimat yang bermakna menurut suatu bahasa, maka kita harus menguasai tata bahasa yang bersangkutan.

DEFINISI KOMUNIKASI NON VERBAL

Komunikasi non verbal adalah tindakan-tindakan manusia yang secara sengaja dikirimkan dan dinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi akan adanya umpan balik dari yang menerimanya. Salah satu aspek penting komunikasi non verbal adalah pada saat kita berupaya untuk memahami makna dari setiap pesan komunikasinya. Di dalam kehidupan sehari-hari perilaku non verbal sangat beraneka ragam dan banyak serta sangat membantu pembentukan makna pada setiap pesan komunikasi.

Komunikasi gestura
Emblem adalah tanda-tanda yang akan mengganti kata-kata atau fase-fase secara langsung. Misalnya, tanda setuju dengan lingkaran jari dan ibu jari.
Ilustrator berhubungan dengan upaya untuk menggambarkan suatu pesan. Contohnya, apabila kita ingin menggambarkan boloa dunia kita memberikan ilustrasi dengan tangan yang membentuk lingkaran,
Penampilan efeksi adalah gerakan-gerakan wajah yang mengekspreseikan makna-makna emosi: marah, ketakutan, bahagia, hasrat atau kelelahan.
Regulator adalah jenis perilaku non-verbal, yang bersifat mengatur (monitor, menjaga, atau mengontrol) dalam pembicaraan dengan orang lain. Seperti, didalam penerapan kita tidak pasif, menatap mata, menggelengkan dan menganggukan kepala, mengatupkan bibir , memfokuskan tubuh, dan membuat berbagai paralanguage.
Adaptor adalah perilaku non-verbal yang dilakukan untuk menciptakan rasa nyaman dalam memenuhi kebutuhan tertentu. Misalkan, merokok pada saat menghadapi ujian, mengaruk kulit yang gatal, membetulkan letak kaca mata dan lain-lain. Perialku ini bisa disadari atau tidak disadari. Tetapi dalam keadaan tertentu, kita sulit menebak perilaku ini. Misalnya, seseorang yang menggaruk kulit kepalanya, apakah karena kepalanya gatal atau sedang memikirkan sesuatu , atau yang lainnya.
Jenis komunikasi verbal lainnya
Komunikasi muka
Komunikasi mata
Komunikasi sentuhan
Komunikasi ruang
Komunikasi waktu

Masyarakat pada umumnya memandang bahasa Indonesia dengan sebelah mata. Bahasa Indonesia masih dipersepsikan sebagai bahasa pelengkap saja, bahkan hanya menduduki sebagai bahasa kedua. Masyarakat masih banyak yang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa utama dalam berbagai aktivitas komunikasi sehari-hari. Masyarakat yang menguasai bahasa Indonesia hanya masyarakat tertentu saja. Selain itu, biasanya hanya digunakan untuk keperluan yang bersifat formal.
Era globalisasi sekarang ini masyarakat sudah tidak merasa asing lagi dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia telah dikenal oleh masyarakat sejak kecil, baik sebagai bahasa pertama maupun sebagai bahasa kedua. Penuturnya pun kini sudah menyebar ke berbagai daerah dan semakin bertambah banyak. Masyarakat sudah tidak merasa canggung untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
maupun di lingkungan pekerjaan.
Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari terutama bagi masyarakat perkotaan, seperti yang terjadi di daerah Kota Solo. Masyarakat Kota Solo sekarang lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Padahal, mereka sebenarnya tinggal di daerah yang memiliki bahasa Jawa yang notabene bahasa daerah dan digunakan oleh masyarakat Solo sebagai bahasa sehari-hari. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh kehidupan modern yang terjadi sekarang ini pada masyarakat yang hidup di daerah kota besar (Darwati dalam Http://www.harianjoglosemar.com/index.php?option=com_ content&task=view&id=18276 diakses tanggal 25 Maret 2009). Fenomena yang terjadi sekarang di daerah Solo yaitu banyak usia remaja dan anak-anak di daerah Solo yang lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Ada penurunan penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari pada usia anak-anak dan remaja di Solo. Bahkan ada sebagian remaja di daerah Solo yang menyatakan merasa malu menggunakan bahasa Jawa (bahasa daerah). Remaja tersebut beralasan bahwa bahasa Jawa sudah ketinggalan jaman, tidak gaul, sulit, tidak tahu artinya, dan juga
membingungkan Darwati dalam =18276 diakses tanggal 25 Maret 2009). Menurut Widjajakusuma (dalam Chaer, 2004: 299-300) ada empat alasan masyarakat jaman sekarang lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Pertama, karena bahasa Indonesia memiliki status sosial yang tinggi, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan. Kedua, karena semakin banyak keluarga (terutama masyarakat perkotaan) yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dengan anak-anaknya. Ketiga, karena dengan berbahasa Indonesia mempunyai kesempatan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan berbahasa daerah. Keempat, bahasa Indonesia sering dijadikan alternatif untuk menghindari terjadinya keharusan bersusinggih bila harus menggunakan bahasa daerah.
Kenyataan tersebut terlihat pada masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan Solo. Terutama pada masyarakat yang tinggal di perumahan yang berada di kawasan perkotaan Solo, seperti di perumahan Fajar Indah, Puri Gentan Asri, Palem Hijau, dan yang lainnya. Masyarakat tersebut lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam berbagai aktivitas komunikasi. Meskipun mereka tinggal di daerah Jawa, tetapi mereka tidak menggunakan bahasa Jawa sebagai utama justru menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya.
Penuturnya pun tidak hanya dari usia tua saja, tetapi juga usia muda bahkan usia anak-anak. Anak-anak di daerah perkotaan banyak yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam berbagai aktivitas komunikasi. Bahasa Indonesia bagi anak-anak tersebut telah menjadi bahasa yang pertama kali dikuasainya yang sering disebut dengan istilah bahasa ibu (Darjowidjojo,2001:
241). Anak-anak tersebut menggunakannya untuk berkomunikasi dengan siapa saja, seperti kepada orang tua, saudara, teman, masyarakat, atau pada orang yang berada di sekitarnya. Bahkan, anak-anak tersebut sudah mahir berceloteh dengan bahasa Indonesia. Seperti terlihat ketika anak-anak tersebut sedang bermain, bercerita, bertanya, dan berkomunikasi dengan orang lain.
Penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu pada anak-anak tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa pertama pada seorang anak. Salah satu faktor tersebut yaitu
faktor lingkungan kehidupan sehari-hari anak tersebut, seperti yang dinyatakan oleh
Skinner (dalam Dardjowidjojo, 2001: 235) bahwa pemerolehan bahasa pertama
pada seorang anak dipengaruhi oleh kehidupan lingkungan di sekitarnya.
Bambang Kaswanti Purwo (dalam Http://www.kompas-cetak/0302/13/ dikbud/127566.htm tanggal diakses 25 Maret 2009) juga menyatakan bahwa faktor yang paling utama mempengaruhi pemerolehan bahasa ibu pada seorang anak adalah lingkungan keluarga. Hal ini karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan kehidupan anak, sehingga anak akan belajar bahasa dari keluarga.
Pandangan tersebut mengisyaratkan bahwa bahasa sehari-hari yang digunakan oleh keluarga (orang tua) untuk berkomunikasi dengan seorang anak dapat menjadi bahasa ibu pada anak tersebut. Bahasa pertama yang akan diperoleh oleh anak yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan oleh keluarga.
Chomsky juga menyatakan bahwa masukan berupa bahasa hanya akan menentukan bahasa yang akan dikuasai anak (dalam Dardjowidjojo, 2001: 236). Misalnya bahasa yang digunakan oleh orang tua untuk berkomunikasi dengan anak yang masih berusia dini yaitu bahasa Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan bahwa bahasa pertama yang akan dikuasai oleh anak tersebut yaitu bahasa Indonesia. Ada faktor yang melatarbelakangi penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu bagi anak usia dini pada masa sekarang ini. Orang tua juga mempunyai alasan tersendiri mengenai penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu pada anak usia dini. Dari fenomena tersebut, peneliti berniat untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu pada anak usia 1-6 tahun di Perumahan Puri Gentan Asri 1 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Penelitian tersebut berjudul “Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Ibu pada Anak Usia 1-6 Tahun di Perumahan Puri Gentan Asri 1 Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo”.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan agar pembahasan dan analisis penelitian lebih terfokus. Penelitian ini dibatasi mengenai penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu pada anak usia 1-6 tahun dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga membahas latar belakang penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu
pada anak usia 1-6 tahun.

C. Perumusan Masalah

Ada dua masalah yang perlu dibahas dalam penelitian ini.
1.Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu pada anak usia 1-6
tahun di Perumahan Puri Gentan Asri 1 Kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo dalam kehidupan sehari-hari ?
2. Apa latar belakang penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu pada
anak usia 1-6 tahun di Perumahan Puri Gentan Asri 1 Kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo ?

D. Tujuan

Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai.
1. Mendeskripsikan penggunaan bahasa Indonesai sebagai bahasa ibu
pada anak usia 1-6 tahun di Perumahan Puri Gentan Asri 1 Kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mendeskripsikan latar belakang penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa ibu pada anak usia 1-6 tahun di Perumahan Puri
Gentan Asri 1 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

E. Manfaat
1. Manfaat secara teoritis, dapat memberikan pengetahuan
1. mengenai penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu pada anak usia
2. dini.
2. Manfaat secara praktis, dapat dijadikan referensi untuk penelitian mengenai
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu.

F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, batasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan. Selanjutnya bab II, isinya tinjauan pustaka dan landasan
teori. Kemudian bab III yang menjabarkan metode penelitian, yaitu lokasi
penelitian, data dan teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan
teknik penyajian. mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan.
Setelah itu bab V yang berisi simpulan dan saran.