Rabu, 30 Juni 2010

Tifatul-dililit-gurita-yahudi
Bagikan
Kemarin jam 5:56
Tifatul Sembiring, Menteri Kominfo yang berasal dari PKS itu nampaknya mulai “bersahabat” dengan Yahudi/Israel. Beredar infomasi bahwa perusahaan telekomunikasi Indonesia memberi kemudahan kepada dua perusahaan Yahudi, Convergyst dan Amdocs dalam mengikuti tender pengadaan perangkat billing system Telkomsel. Secara teknis memang seorang menteri tidak memiliki kewenangan dalam prosedur pengadaan barang dan jasa dalam perusahaan telekomunikasi yang berlabel BUMN atau semi BUMN semacam Telkomsel, namun secara politik antara Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik apalagi hubungan dagang. Pemihakan Sarwoto Atmosutarno selaku Direktur Utama Telkomsel kepada perusahaan asal Israel tersebut terdeteksi dengan pemberian kesempatan enam bulan sebelumnya untuk prove of concept (POC) untuk peserta tender kepada Amdocs. Selama ini billing system PT Telkomsel ditangani perusahaan patungan Nokia dan Siemens yang akan berakhir kontraknya pada tahun 2010.

Perusahaan Convergyst Solution Ltd berdiri pada 1991 dan berbasis di Israel. Sebelumnya bernama Wiztec Solutions Ltd dan awalnya hanya sebagai penyedia jasa Customer Care dan Penagihan solusi untuk pasar TV. Pada 1999, Perseroan menjadi anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Convergys Corporation - perusahan global jasa outsourcing - dan tercatat pada bursa saham New York dengan label CVG.

Dalam perkembangannya Convergyst Solution Ltd sukses menghasilkan sistem penagihan dengan label WIZARD, yang diciptakan untuk membangun sistem Manajemen Pelanggan dan sistem Penagihan operator Pay TV, termasuk televisi kabel digital, Direct Broadcast Satellite (DBS), Direct-to-Home (DTH), Digital Terrestrial Television (DTT) dan Multi -point Multi-channel Distribution System (MMDS). Convergyst juga membangun sistem layanan cakupan dengan platform video, suara dan data secara komprehensif. Akibatnya banyak kliennya dari berbagai negara dibuat resah, termasuk klien terbesarnya Amerika Serikat.

Menurut sebuah situs (www.matimop.org.il), WIZARD adalah sebuah sistem berintegrasi penuh dengan metode penagihannya. Pada perkembangan berikutnya Wizard pun merambah ranah saluran TV kemasan (berbayar), dengan membangun sistem pembayaran maju untuk layanan TV berlangganan, termasuk TV kemasan format digital dan interaktif, seperti sistem Pay-Per-View (PPV), Video-on-Demand (VOD), akses Internet, Home Shopping, Games dan banyak lagi.

Sementara itu perusahaan Amdocs Ltd adalah salah satu penyedia terkemuka di dunia penagihan, customer relationship management (CRM), dan ketertiban sistem perangkat lunak manajemen untuk industri telekomunikasi. Sebuah situs (www.fundinguniverse.com) menyebutkan bahwa Amdocs juga mengurusi jasa perusahaan end-to-end sistem perangkat lunak, dan layanan dukungan yang memungkinkan penyedia layanan telekomunikasi untuk menawarkan beberapa platform, dan layanan beberapa tagihan, memesan, dan dukungan fixed-line dan telepon seluler pelanggan. Dalam perkembangannya, Amdocs juga mulai menyediakan jasa outsourcing, mengambil alih penagihan, layanan pelanggan, dan manajemen hubungan pelanggan. Belakangan, Amdocs menjadi segelintir perusahaan penyedia sistem perangkat lunak yang mampu menangani jaringan telepon dengan minimal 40 juta pelanggan di tiap negara.

Namun menurut Kedutaan Besar AS di Jakarta, perusahaan Amdocs adalah dari Amerika Serikat, bukan dari Israel. Padahal dalam sejarahnya, Amdocs adalah perusahaan yang didirikan di Israel oleh Aurec Group, sebuah korporasi bisnis milik milyarder Yahudi, Morris Kahn. Morris tercatat dalam 10 orang terkaya di Israel. Indikasi bahwa Amdocs adalah perusahaan Israel yang memangku kepentingan negara zionis itu terlihat pada jajaran direksi. Pada situs www.reuter.com, beberapa direktur Amdocs tercatat pernah menduduki pos penting di Pemerintah Israel.

Contohnya, Nehemia Lemelbaum, Ayal Shiran, dan Zohar Zisapel. Nehemia Lemelbaum, yang menjadi dewan direksi Amdocs sejak Desember 2001 –merangkap Senior Vice President Amdocs Management Limited dari 1985 hingga Januari 2005– adalah staf di Kementerian Komunikasi Israel dengan tanggung jawab untuk teknologi komputer di area business data processing. Saat ini, Nehemia menjadi anggota eksekutif komite teknologi dan inovasi. Sementara Ayal Shiran, yang menjabat sebagai Senior Vice President dan Head of Customer Service Business Group Amdocs Limited sejak 2008, adalah jebolan Angkatan Udara Israel. Shiran bertanggung jawab atas proyek pengembangan sistem komputer untuk jet tempur F-15 dan pengembangan perangkat lunak untuk F-15 di Boeing. Sedangkan Zohar Zisapel yang menduduki kursi dewan direksi Amdocs sejak Juli 2008 dan kini menjadi kepala komite inovasi dan teknologi pernah mengenyam karier di Departemen Pertahanan Israel dari 1978 hingga 1982. Ia juga menjadi Ketua Asosiasi Industri Elektronik Israel dari 1998 hingga 2001 (Gatra, Edisi 21 Januari 2010).

Sejak akhir tahun 1990-an, Amdocs membuat serangkaian kunci akuisisi, termasuk International Telecommunication Data Systems (ITDS) dari Amerika Serikat pada 1999; Kanada Solect Technology Group pada 2000; dan Nortel Networks pada 2001. Akuisisi telah membantu perusahaan untuk posisi dirinya sebagai penyedia layanan lengkap dari solusi CRM turnkey. Awalnya berbasis di Ra’anana, Israel, di mana perusahaan terus mempertahankan sebagian besar dari kegiatan penelitian dan pengembangan dengan hampir setengah dari 8.600 karyawannya. Untuk memudahkan operasi mereka, kantor pusat Amdocs pun pindah ke ke Chesterfield, Missouri. Setelah itu Amdocs mendaftarkan dirinya pada New York Stock Exchange, sahamnya mendadak meroket tinggi, setelah dilempar ke public pada akhir 1990-an. Media massa AS waktu itu menaruh kecurigaan adanya kejanggalan atas melambungnya saham-saham Amdocs di bursa saham.

Seorang Netter bernama Hendro Rahardian mengabarkan melalui sebuah milis mengemukakan bahwa kuatnya jejaring Yahudi sangat berperan dalam penggelembungan saham Amdocs. Sejak itu, karena cakupan pekerjaan yang begitu luas pada sistem telekomunikasi video, suara dan data, keberadaan Amdocs dan Convergyst di beberapa belahan dunia, membuat resah para penguasa yang menjadi kliennya.

Sebagai contoh adalah saat “skandal cinta terselebung” yang mendera Bill Clinton saat menjadi Presiden Amerika Serikat dengan Monica Lewinsky. Terbongkarnya skandal Clinton, diyakini sebagai kerja dari Amdocs dan Convergyst, yang telah berpihak pada partai Republik. Saat berkuasa, Clinton mencurigai dua perusahaan outsourcing seperti Amdocs dan Convergys yang telah mematai-matai aktivitasnya, sejak dia bangun tidur, hingga dirinya kembali tidur. Semuanya tergambar jelas saat rekaman perbuatannya menjadi barang bukti yang menjatuhkannya. Bahkan tidak hanya percakapan, rekaman video aktivitas kesehariannya beredar luas di Israel. Keyakinan Clinton soal cengkeraman Yahudi di luar dan di dalam Gedung Putih, tidak lain berdasarkan pengakuan mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, di media massa Israel dan Amerika.

Sharon menyatakan bahwa ”rakyat Yahudi telah menguasai Amerika secara penuh, baik di tingkat senator hingga Gedung Putih.” Pernyataan Sharon itu beredar luas di media massa, salah satunya seperti yang di muat www.mediamonitors.net pada tanggal 20 November 2001. Sharon meyakini, bangsa Yahudi telah menguasai sebagian besar bangsa di dunia. Mereka menguasai mulai dari produk makanan yang diproduksi di luar Israel, hingga telekomunikasi yang mampu mendeteksi gerak lawan. Sehingga kemenangan bangsa Israel sudah terlihat sejak lama.

Kepala Pusat Informasi Depkominfo, Gatot S Dewa Broto sendiri mengakui kepada sebuah media online (detik.com) bahwa sekitar 30 persen perangkat teknologi dan jaringan telekomunikasi yang digunakan di Indonesia kabarnya merupakan produk buatan Israel. Salah satu perangkat buatan Israel yang telah masuk ke Indonesia adalah Shiron dan Gilat dalam perangkat VSAT. Dengan alasan globalisasi, Depkominfo kesulitan menahan masuknya produk asal Israel. Sementara perusahaan Israel yang sempat hendak masuk ke Indonesia adalah Alvarion untuk perangkat Wimax di spectrum 3,3 GHz dan akan menggandeng perusahaan domestic, PT Abhimata Cipta Abadi.

Kebijakan Telekomunikasi

Kebijakan telekomunikasi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Telekomunikasi No 36/199 serta Peraturan Pemerintah No. 52/2002 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi. Kedua kebijakan tersebut tidak menyebutkan secara khusus mengatur pelarangan pengadaan perangkat telekomunikasi yang digunakan di Indonesia berdasarkan asal negara.

Bila dalam kebijakan telekomunikasi tidak diatur secara jelas tentang asal negara, maka UU No. 36/1999 dapat menjadi rujukan. Pada pasal 21 UU ini, pemerintah dilarang keras menjalin hubungan dagang dengan negara yang tidak menjalin hubungan diplomatik.

Dengan demikian, Tifatul Sembiring sebagai menteri yang memiliki kewenangan dalam bidang telekomunikasi dituntut bersikap aktif terhadap perusahaan telekomunikasi yang berniat bekerjasama dengan perusahaan Israel, meskipun terdaftar pada bursa efek pada negara diluar Israel, seperti Amerika Serikat. Apalagi Depkominfo memiliki kewenangan untuk mencabut izin operasional perusahaan telekomunikasi tersebut bila mengancam dan meresahkan masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim dan mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka diatas tanah nenek moyangnya sendiri yang dicaplok oleh negara Israel hingga hari ini.

Muslimin B.Putra, Policy Analyst pada Center for Policy Analysis (CEPSIS) Makassar.

http://politik.kompasiana.com/2010/06/23/tifatul-dililit-gurita-yahudi/
Metamorfosis Yahudi?

Rabu, 16 Juni 2010

Proposal Penelitian Kuantitatif (Skripsi)

Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.

Format Proposal Penelitian Kuantitatif

1. Latar Belakang Masalah
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan )

2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika?. (Tips membuat rumusan masalah )

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.

4. Hipotesis Penelitian (jika ada)
Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas.
Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.

5. Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.

7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.

8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. (Lihat Glossary)

9. Metode Penelitian
Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

a. Rancangan Penelitian
Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)
b. Populasi dan Sampel
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.

c. Instrumen penelitian
Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.

d. Pengumpulan Data
Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.


e. Analisis Data
Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.
Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows.
(lihat analisis )

10. Landasan
Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.
Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

11. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.
(Lihat Contoh cara membuat rujukan)

diambil dan dikopi paste dari www.infoskripsi.com oleh ryksa raharja. k
Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi
Di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003).

Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No 20/ 2003. Menurut UU RI No 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional jenis dari pendidikan menengah salah satunya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK). Penjelasan pasal 15 menjelaskan bahwa “ Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta diklat terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”.
Pemberlakuan kurikulum 2004 dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan upaya antisipatif untuk mencegah kesenjangan antara hasil pendidikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang akan selalu berkembang.
Kesenjangan antara hasil pendidikan kejuruan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terlihat dari tingkat pengetahuan dan penguasaan ketrampilan lulusan SMK yang masih belum sepadan dengan tuntutan dunia kerja, serta belum sesuainya bidang keahlian mereka dengan bidang-bidang pekerjaan yang dibutuhkan dunia kerja. Masalah tersebut menjadi sebab meningkatnya jumlah lulusan SMK yang mengganggur dan mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan ijasah kejuruannya.
Sejalan dengan pemberlakuan kurikulum SMK edisi 2004 dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kejuruan, masalah yang harus mendapat perhatian adalah masalah cara belajar siswa. Mengingat keberhasilan pencapaian tujuan belajar tidak hanya semata-mata ditentukan faktor kurikulum melainkan factor cara belajar yang juga sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan pendidikan. Thabrany(1993) mengemukakan bahwa cara belajar merupakan faktor kunci yang menentukan berhasil tidaknya belajar. Hal ini sangat penting mengingat siswa SMK disiapkan sebagai tenaga kerja terampil guna memasuki dunia kerja. Dalam hal ini agar tujuan tersebut tercapai maka tingkat penguasaan dan keterampilan serta bidang keahlian lulusan SMK harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja.
Cara belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa melaksanakan kegiatan belajar misalnya bagaimana mereka mempersiapkan belajar, mengikuti pelajaran, aktivitas belajar mandiri yang dilakukan, pola belajar mereka, cara mengikuti ujian. Kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar yang diperoleh. Cara belajar yang baik akan menyebabkan berhasilnya belajar, sebaliknya cara belajar yang buruk akan menyebabkan kurang berhasil atau gagalnya belajar [The Liang Gie (1984)].
Masalah cara belajar dewasa ini perlu mendapat perhatian karena kualitas cara belajar siswa SMK cukup memprihatinkan. Dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada siswa SMK PGRI 2 Malang khususnya kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran umumnya mereka kurang memiliki kemauan bekerja keras untuk meraih keberhasilan/ prestasi belajar. Mereka umumnya hanya belajar saat menghadapi ujian, jarang sekali melakukan studi atau belajar secara rutin. Sukir (1995) mengemukan bahwa masih cukup banyak siswa yang mempunyai cara belajar kurang baik seperti belajar dengan waktu yang tidak teratur (tidak memiliki jadwal), belajar sambil menontonTV atau mendengarkan radio, melakukan belajar dengan berpindah-pindah, sering terlambat masuk sekolah, dan hanya belajar pada waktu menghadapi ujian saja.
Buruknya cara belajar merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar sehingga menyebabkan menurunnya mutu pendidikan. Slameto (2002) mengemukakan bahwa faktor cara belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik.
Aspek lain yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan cara belajara siswa adalah karakteristik mata diklat yang dipelajari. Setiap mata diklat memiliki sifat maupun ciri khusus yang berbeda dengan mata diklat lainnya. Menurut Winkel (1996: 245) dilihat dari segi sasaran belajar karakteristik mata diklat dibedakan menjadi 1) Menuntut kemampuan pengetahuan, 2) Mengutamakan aspek sikap,
3) Mengutamakan aspek ketrampilan.
Dari hasil observasi awal di SMK PGRI 2 Malang saat penulis menjalani Program Praktek Lapangan (PPL) diperoleh data bahwa sebagian siswa mengalami kesulitan dalam menerima dan mempelajari materi pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam materi tersebut mungkin disebabkan oleh cara belajar yang kurang sesuai. Dimana pada akhirnya masalah ini berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa dilihat dari nilai Ulangan Harian siswa.
Cara belajar bukanlah satu-satunya variabel yang berhubungan dengan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Masih banyak variabel lain yang mempengaruhi antara lain motivasi dan minat belajar, lingkungan, sarana, prasarana, guru, dan lain sebagainya. Jadi dalam penelitian ini hanya meneliti tentang cara belajar siswa, sehubungan dengan masih rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006”.



B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pola-pola cara belajar siswa kelas 1 dalam mempelajari mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ?
3. Adakah pengaruh cara belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu:
1. Mengetahui tentang pola-pola cara belajar siswa kelas 1 dalam mempelajari mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang.
2. Mengetahui prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang.
3. Mengetahui pengaruh cara belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang.

D. Hipotesis Penelitian

Menurut PPKI (2000: 12) “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis diangggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya”. Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai ada tidaknya pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006 hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/ 2006.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/ 2006.
Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik dengan data-data yang terkumpul.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Bagi Universitas Negeri Malang.
Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan tentang prestasi belajar yang ada hubungannya dengan cara belajar yang dimiliki siswa.
2. Bagi Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2
Dengan mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan sekolah yang bersangkutan.
3. Bagi Guru
Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran. Dengan mengetahui pola-pola cara belajar siswa maka guru dapat menyesuaikan proses belajar mengajar yang diciptakan.
4. Bagi Siswa
Dengan mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyesuaikan cara belajar sehingga dapat diperoleh prestasi yang memuaskan.
5. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.

F. Asumsi Penelitian

Menurut PPKI (2000: 13) “asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan dalam melakukan penelitian”.
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa asumsi dasar sebagai berikut:
1. Perbedaan tingkat intelegensi dianggap tidak mempunyai pengaruh yang berarti.
2. Masing-masing siswa belajar menurut caranya sendiri.
3. Semua siswa memperoleh fasilitas dan kesempatan yang sama dalam menerima pelajaran mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi.
4. Sekolah telah melaksanakan evaluasi belajar secara benar sehingga nilai-nilai hasil belajar siswa pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi yang tercantum didalam buku raport semester gasal merupakan pencerminan prestasi belajar siswa yang sesungguhnya.

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup ini meliputi cara belajar dan prestasi belajar mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2Malang.Penjabaran variabel, sub variabel dan indikator pada tabel 1.
2. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian di SMK PGRI 2 Malang ini peneliti hanya membatasi pada hal-hal tertentu saja yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel siswa kelas 1 jurusan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Malang tahun pelajaran 2005/2006.
2. Prestasi belajar siswa pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai raport semester gasal 2005/2006.

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah maka perlu ditegaskan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Pengaruh adalah hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan oleh dua variabel (variabel bebas dan variabel terikat).
2. Cara belajar siswa adalah cara atau strategi siswa dalam usahanya mencapai prestasi belajar yang diharapkannya. Pada penelitian ini penulis membagi cara belajar menjadi 5 yaitu persiapan belajar, cara mengikuti pelajaran, aktifitas belajar, pola belajar dan cara mengikuti ujian.
3. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
4. Prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu. Dalam hal ini prestasi belajar siswa diukur berdasarkan nilai raport siswa kelas 1 jurusan Adminstrasi Perkantoran semester gasal tahun pelajaran 2005/ 2006 dengan alasan data mudah didapat serta obyek yang akan diteliti masih berada di sekolah tersebut sehingga dapat mengisis angket yang disebarkan.

KAJIAN PUSTAKA

A. Temuan Penelitian yang Relevan

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan dua penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Muhyono(2001) dalam penelitiannya yang berjudul ” Hubungan Minat dan Cara Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas 1 Cawu 2 SMU N 6 Malang Tahun Pelajaran 2000/ 2001” dan Kholifah (2003) dalam penelitiaannya yang berjudul ” Pengaruh Cara dan Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar siswa mata pelajaran Akuntansi di Madrasah Aliyah Al-Azhar Pasuruan ”. Persamaan tersebut terdapat pada pengkajian topik yang sama tentang cara belajar siswa terhadap prestasi belajar, metode pengumpulan datanya dengan instrument angket dan dokumentasi , jenis penelitian ex post facto, dalam teknik analisis datanya menggunakan analisis deskriptif korelasional. Sedangkan perbedaannya terletak pada dua penelitiannya sebelumnya tidak hanya meneliti cara belajar tetapi juga minat dan kebiasaan belajar, selain itu lokasi penelitian, bidang studi, subyek serta hasil penelitian yang disesuaikan dengan judul yang dibahas. Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan dua penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Persamaan dan perbedaan penelitian dengan dua penelitian yang relevan
Persamaan dan perbedaan Muhyono Kholifah Penelitian ini
Topik Penelitian Minat dan cara belajar tehadap prestasi belajar fisika Cara dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar Akuntansi Cara Belajar terhadap prestasi belajar melakukan prosedur administrasi
Jenis penelitian Ex post facto Ex post facto Ex post facto
Instrumen penelitian Angket dan tes Angket dan dokumentasi Angket, dokumentasi dan wawancara
Teknik Analisis Data Analisis Regresi Prosentase dan regresi berganda Deskriptif korelasional
Lokasi penelitian SMU N 6 Malang Madrasah Aliyah Al-Azhar Pasuruan SMK PGRI 2 Malang
Bidang studi/ Mata Diklat Fisika Akuntansi Melakukan Prosedur Administrasi
Subyek/ sampel Siswa kelas 1 Cawu 2 Tapel 2000/2001 Siswa Madrasah Aliyah kelas 1, 2, dan 3 Siswa kelas 1 Jurusan Administrasi perkantoran Tapel 2005/2006 semester gasal
Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan minat dan cara belajar fisika terhadap prestasi belajar Mengetahui pengaruh cara dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar Mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi terhadap prestasi belajar
Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian -
(Sumber: Peneliti, 2005)

B. Pengertian Belajar

Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis adalah”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Skinner dalam Dimyati(2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).

C. Cara belajar

1. Pengertian Cara Belajar
Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie (1987:48) yang mengemukakan bahwa ”cara belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya”. Hamalik (1983: 38) secara lebih jelas mengemukakan bahwa “cara belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan situasi belajarnya, misalnya kegiatan-kegiatan dalam mengikuti pelajaran, menghadapi ulangan/ ujian dan sebagainya”.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang dilakukannya.

2. Aspek-aspek Cara Belajar
Aspek-aspek yang diteliti dalam cara belajar menurut Thabarany (1994: 43) adalah:
(1) Persiapan belajar Siswa
Pada hakekatnya setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus dipersiap
kan terlebih dahulu.Dengan persiapan sebaik-baiknya maka kegiatan/pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, beberapa persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut Thabrany (1994:49) adalah:
a. Persiapan mental
Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar benar-benar sudah siap. Menurut Gie (1987:58) “persiapan mental merupakan upaya menumbuhkan sikap mental yang diperlukan dalam belajar”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persiapan mental yang perlu dilakukan adalah:
1. Memahami arti/ tujuan belajar
2. Kepercayaan pada diri sendiri
3. Keuletan
4. Minat terhadap pelajaran
b. Persiapan sarana
Thabrany (1994: 48) mengemukakan”sarana yang dibutuhkan dalam belajar yaitu ruang
belajar dan perlengkapan belajar”
1. Ruang Belajar
Menurut Thabrany (1994: 48) “ Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menentukan hasil belajar seseorang”. Persyaratan yang diperlukan untuk ruang belajar
adalah: bebas dari gangguan, sirkulasi dan suhu udara yang baik, penerangan yang
memadai.
2. Perlengkapan belajar
Thabrany (1994:53) menjelaskan “ perlengkapan belajar yang perlu disiapkan dalam belajar
adalah:
a. Perabot belajar seperti meja, kursi, dan rak buku
b. Buku pelajaran
c. Buku catatan
d. Alat-alat tulis

(2) Cara mengikuti pelajaran
Langkah-langkah dalam mengikuti pelajaran yang perlu dilakukan adalah melakukan persiapan-persiapan dengan mempelajari materi-materi yang akan dibahas dan meninjau kembali materi sebelumnya, bersikap afektif selama kegiatan belajar sampai KBM berakhir. Menurut Hamalik (1983:50) langkah-langkah/cara mengikuti pelajaran yang baik adalah:
1. Persiapan, yang harus dilakukan adalah mempelajari bahan pelajaran yang sebelumnya diajarkan, mempelajari bahan yang akan dibahas dan merumuskan pertanyaan tentang materi/ bahan pelajaran yang belum dipahami.
2. Aktivitas selama mengikuti pelajaran, hal yang perlu diperhatikan selama mengikuti pelajaran antara lain kehadiran, konsentrasi, catatan pelajaran, dan partisipasi terhadap belajar.
3. Memantapkan hasil belajar, Suryabrata (1989:37) mengemukakan bahwa “untuk memantapkan hasil belajar maka harus membaca kembali catatan pelajaran”

(3) Aktivitas belajar mandiri
Bentuk aktivitas belajar mandiri yang dilakukan siswa dapat berupa kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegitan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegiatan belajar yang dilakukan secara berkelompok.
1. Aktivitas belajar sendiri
Yang dapat dilakukan berupa, membaca bahan-bahan pelajaran dari berbagai sumber informasi selain buku-buku pelajaran, membuat ringkasan bahn-bahan pelajaran yang telah dipelajari, menghafalkan bahan-bahan pelajaran, mengerjakan latihan soal dan lain sebagainya.
2. Aktivitas belajar kelompok
Adapun yang dapat dilakukan dalam belajar antara lain, mendiskusiakn bahan-bahan pelajaran yang belum dimengerti, membahas penyelesaian soal-soal yang sulit dan saling bertanya jawab untuk memperdalam penguasaan bahan-bahan pelajaran.

(4) Pola belajar Siswa
Pola belajar adalah cara siswa melaksanakan suatu kegiatan belajar yaitu bagaimana siswa mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya. Pola belajar siswa menunjukkan apakah siswa membuat perencanaan belajar, bagaimana mereka melaksanakan dan menilai kegiatan belajarnya.

(5) Cara siswa mengikuti ujian
Agar mendapatkan hasil yang baik dalam ulangan baik ulangan harian maupun ulangan semester sebagai modal utama adalah penguasaan materi-materi pelajaran yang baik. Oleh karena itu sejak awal siswa harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar mendapatkan hasil baik dalam ulangan adalah:
a. Persiapan menghadapi ulangan; kegiatan belajar untuk menghadapi ulangan, dan mempelajari/ mengauasai materi ulangan serta mempersiapkan perlengkapan ulangan seperti alat-alat tulis.
b. Saat ulangan berlangsung; harus benar-benar memahami soal, tenang, mengerjakan dari hal yang termudah dan meneliti setelah selesai.
c. Setelah ulangan selesai; Hamalik (1983: 62) mengemukakan “yang perlu dilakukan setelah ulangan berakhir adalah memeriksa kembali jawaban-jawaban yang dibuat dalam ulangan”.

D. Prestasi Belajar
Menurut Djalal (1986: 4) bahwa “prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran ”. Sedangkan menurut Kamus bahasa Indonesia Millenium (2002: 444)”prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dikerjakan”. Prestasi belajar menurut Hamalik (1994: 45) adalah prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.
Berdasarkan pengertian diatas maka yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil belajar/ nilai pelajaran sekolah yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuannya/usahanya dalam belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran. “Pengukuran adalah proses penentuan luas/ kuantitas sesuatu” (Nurkancana, 1986: 2). Dalam kegiatan pengukuran hasil belajar, siswa dihadapkan pada tugas, pertanyaan atau persoalan yang harus dipecahkan/ dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah yang belum dapat memberikan informasi kemampuan siswa. Agar dapat memberikan informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan penilaian terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan memperlihatkan banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar. Misalnya pencapaian aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar menurut Bloom meliputi 3 aspek yaitu ”kognitif, afektif dan psikomotorik”. Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah aspek kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan keadaan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa.
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang melalui nilai raport semester gasal tahun ajaran 2005/2006 mata diklat melakukan prosedur administrasi.

E. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Cara Belajar
Belajar dan cara belajar memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Belajar sebagai proses atau aktivitas yang diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar siswa tersebut.
Menurut Suryabrata(2002:233) adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara belajar adalah:
Faktor dari dalam diri siswa meliputi:
(1) Faktor psikis yaitu: IQ, kemampuan belajar, motivasi belajar, sikap dan perasaan , minat dan kondisi akibat keadaan sosiokultural.
(2) Faktor fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu: 1). Keadaan tonus jasmani pada umumnya, hal tersebut melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, 2). Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
Faktor dari luar diri siswa:
(1) Faktor pengatur belajar mengajar di sekolah yaitu kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar, pengelompokan siswa
(2) Faktor-faktor sosial di sekolah yaitu sistem sekolah, status sosial siswa, interaksi guru dengan siswa.
(3) Faktor situasional yaitu keadaan sosial ekonomi, keadaan waktu dan tempat, dan lingkungan.





F. Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi dalam Kurikulum SMK Berbasis
Kompetensi (KBK) 2004
Dalam KBK SMK 2004 mata diklat melakukan prosedur administrasi merupakan mata diklat
produktif .
1. Pengertian Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi
Melakukan prosedur administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan surat menyurat atau korespodensi di dalam dunia kerja. Surat menyurat memegang peranan yang penting di dalam dunia kerja sehingga surat harus ditangani secara khusus dan profesional dan oleh orang yang betul- betul mampu menangani secara baik dan terorganisir.
2. Fungsi dan Tujuan Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi
Fungsi Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi adalah mengembangkan kemampuan siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik tentang kegiatan korespodensi yang sangat penting dikuasai oleh lulusan SMK dalam dunia kerja juga kehidupan sehari-hari.
3. Ruang Lingkup Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi

Sub Kompetensi Lingkup Belajar
1. Proses dokumen-dokumen kantor

2. Dasar Surat Menyurat

3. Mengurus/ menjaga sistem dokumen
a. Tata persuratan
b. Tata naskah/ dokumen kantor
a. Bahasa Surat Bisnis
b. Bahasa Surat Dinas
a. Macam-macam dokumen-dokumen kantor
b. Referensi dan sistem indeks
c. Sistem penomoran surat

(Sumber: KBK SMK 2004)

4. Sistem Evaluasi Hasil Belajar
Menurut Ralph Tyler (dalam Arikunto, 2002: 3)”evaluasi merupakan sebuah prosentase pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai”. Menurut Dimyati (2002:200) yang dimaksud dengan evaluasi hasil belajar adalah “proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau penguluran hasil belajar”. Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita dapat ketahui bahwa tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Menurut Dimyati (2002:200) “hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut ini: a) Untuk diagnostik dan pengembangan,
b) Untuk seleksi, c) Untuk kenaikan kelas, d) Untuk penempatan” .
Sistem evaluasi hasil belajar yang digunakan di SMK PGRI 2 Malang yaitu menggunakan tes formatif dan tes sumatif. Menurut Arikunto (2002:47-48) tes sumatif adalah “tes yang memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan atau kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai”. Sedangkan tes formatif adalah “penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar(PBM) untuk melihat tingkat keberhasilan PBM itu sendiri”

G. Pengaruh Cara belajar Terhadap Prestasi Belajar
Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa sebagai usaha belajarnya dalam rangka mencapai prestasi yang diinginkan. Penilaian baik buruknya usaha yang dilakukan akan tergambar dalam bentuk prestasi. Usaha atau cara belajar seseorang akan terlihat dari prestasi yang diperoleh oleh siswa tersebut. Sehingga prestasi belajar yang baik juga dipengaruhi oleh cara belajar yang baik pula.Sedangkan Slameto (2003: 73) berpendapat bahwa”Banyak siswa dan atau mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam belajar karena tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif”. Semakin baik siswa dalam mengetahui cara belajar yang baik maka kan baik pula prestasinya.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamalik (1983: 1) yang mengemukakan “cara dan kebiasaan belajar yang tepat akan menentukan hasil yang memuaskan, sebaliknya cara belajar yang buruk akan memberikan hasil yang kurang memuaskan”.
Dengan memiliki cara belajar yang baik nanti akan terasa bahwa setiap usaha belajar selalu memberikan hasil yang sangat memuaskan, ilmu yang dipelajari dapat dikuasai sehingga ujian dapat dilakukan dengan berhasil. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan secara teoritis bahwa Ada Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa.

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
“Rancangan penelitian adalah rencana dan sruktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya” (Kerlinger, 1990: 483). Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan penelitian Ex-Post Facto atau pengukuran sesudah kejadian dan deskriptif korelasional.
Metode ini dipergunakan karena penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara cara belajar terhadap prestasi belajar melakukan prosedur administrasi siswa kelas 1 jurusan ADP SMK PGRI 2 Malang. Deskriptif korelasional dipandang sesuai dengan penelitian ini karena bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang variabel yang diteliti dan bersifat korelasi karena penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.(Arikunto, 1993: 215). Pada penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara cara belajar terhadap prestasi belajar mata diklat melakukan prosedur administrasi siswa kelas 1 Jurusan ADP SMK PGRI 2 Malang. Variabel dalam penelitian ini adalah cara belajar sebagai variabel bebas (X) terhadap prestasi belajar sebagai variabel terikat (Y), hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Cara Belajar (X) -----> Prestasi Belajar (Y)
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

B. Populasi dan Sampel
Arikunto (1998: 115) berpendapat “ Populasi merupakan subyek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (1997: 57) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang semester gasal tahun pelajaran 2005/ 2006 yang berjumlah 88 orang.
Menurut Arikunto (2002:10) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Agar
sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka perlu
adanya perhitungan besar kecilnya populasi. Arikunto (1998:112) menyatakan bahwa:
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”tergantung setidak-tidaknya dari
a. Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, keuangan, dan dana
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah population sampling yang teknik pelaksanaanya dilakukan dengan mengambil semua sampel yang ada di dalam populasi, karena jumlah sampel/subyek penelitian yang tidak mencapai 100 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah populasi dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Rincian jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini
No. Kelas Jumlah Siswa
1. 1 ADP I 44
2. 1 ADP II 44
Jumlah 88
Sumber: SMK PGRI 2 Malang

C. Instrumen Penelitian
Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah:
1. Pengembangan instrumen
Dalam penelitian ini, untuk mencapai hasil yang diharapkan maka dalam pengembangan instrumennya dengan mengemukakan kisi-kisi instrumennya.

2. Uji coba instrumen
Sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data, maka instrumen tersebut diujicobakan pada 20 siswa SMK PGRI 2 Malang yang akan dijadikan sampel. Uji coba instrumen dimaksudkan agar instrumen yang berupa angket harus valid dan reliabilitas sebelum disebarluaskan kepada responden.
Kevaliditasan instrumen, apabila mempunyai validitas tinggi jika butir-butir yang membentuk instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen. Untuk mendapatkan instrumen yang valid, maka peneliti akan menguji angket melalui analisis butir soal. Mengenai hal tersebut Arikunto (2002:169) menyatakan bahwa “untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total”. Teknik validitas melalui analisis butir soal dengan rumus korelasi product moment dari pearson. Kriteria butir soal yang valid adalah jika rxy r tabel dan butir instrumen yang dikatakan tidak valid jika rxy r tabel.
Arikunto (2002:170) menjelaskan “reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sehingga alat pengumpul data karena instrumen sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabilitas akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga”. Untuk mencari reliabilitas kebiasaan belajar dan prestasi belajar menggunakan rumus alpha.
Bila instrumen reliabel berdasarkan uji coba, maka instrumen tersebut dapat digunakan sebagai insrtumen pengumpulan data.
Berikut klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:

Reliabilitas Klasifikasi
0,9 < rh 1
0,7 < rh 0,9
0,4 < rh 0,7
0,2 < rh 0,4
0,0 < rh 0,2
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
1. Penggalian data
Mendapatkan data maka diperlukan adanya instrumen pengumpulan data yaitu indikator ditransformasikan menjadi item pertanyaan yang kemudian dikelompokkan menjadi instrumen pertanyaan sesuai dengan variabelnya. Penelitian ini menggunakan metode statistik maka option-option dalam angket harus diberi bobot berupa angka-angka seperti dikemukakan oleh Arikunto (2002). Datanya berupa data kuantitatif yaitu angka-angka, data penelitian yang kualitatif harus diubah menjadi data kuantitatif (berupa angka-angka yaitu dengan cara memberi skor).
2. Teknik pemberian skor
Sehubungan dengan pemakaian angket dalam pengumpulan data, maka angket tersebut diskalakan dalam bentuk skor dengan menggunakan skala likert, dimana penyusunan angket ini dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan ganda, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari jumlah jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor terhadap alternatif jawaban yang ada dalam angket adalah sebagai berikut:
1. Jawaban A diberi skor 5
2. Jawaban B diberi skor 4
3. Jawaban C diberi skor 3
4. Jawaban D diberi skor 2
5. Jawaban E diberi skor 1
Kemudian skor tersebut diklasifikasikan menjadi 5 yaitu: Sangat sering, sering, jarang, sangat jarang, tidak pernah.

D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Angket
Sugiyono (1997: 96) menyatakan “metode ini digunakan bila responden jumlahnya besar
dapat membaca dengan baik dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia”.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai cara belajar siswa berupa
pertanyaan dalam pilihan ganda kepada siswa kelas 1 SMK PGRI 2 Jurusan Administrasi
Perkantoran.
2. Metode Dokumentasi
Arikunto (2002: 135) mengatakan “Dokumentasi asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang yang tertulis”. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, dengan catatan harian, serta dokumen. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa, gambaran umum SMK PGRI 2 Malang, data prestasi belajar nilai semester gasal tahun ajaran 2005/2006 mata diklat melakukan prosedur administrasi.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Persipan mengisi angket, dengan memberikat angket kebiasaan belajar kepada responden untuk diisi secara lengkap dan tidak lupa dengan mengisi identitas responden tersebut seperti: nama dan kelas.
b. Setelah pengisian angket kemudian pengumpulan data prestasi belajar dengan melihat nilai raport mata diklat melakukan prosedur administrasi di SMK PGRI 2 Malang.
c. Instrumen siap untuk diolah, dimana pengambilan data tersebut akan dibantu oleh pihak sekolah SMK PGRI 2 Malang. Proses pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama dengan pengumpulan data tentang cara belajar siswa dan tahap kedua dengan pengumpulan data tentang prestasi belajar siswa.

E. Teknik Analisis Data
Arikunto (1998: 236) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Terkait dengan hal itu maka diperlukan adanya tehnik analisis data.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ada dua macam, yaitu:
(1) Teknik analisis deskriptif yaitu dengan perolehan persentase karena penelitian ini bersifat deskriptif dan mendeskripsikan tentang variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Nurkancana (1992: 22) langkah-langkah yang digunakan adalah:
a. Menentukan interval, dengan menggunakan rumus interval hitung sebagai berikut:

Data terbesar – data terkecil
Panjang kelas interval == Jumlah kelas

b. Menentukan prosentase variabel, untuk mengetahui jumlah perbandingan skor masing-masing variabel yaitu variabel cara belajar yang diklasifikasikan menjadi sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang dan untuk prestasi belajar diklasifikasikan menjadi istimewa, sangat baik, baik, cukup, dan kurang dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus prosentase adalah sebagai berikut:
P = F x 100%
N keterangan: F= frekwensi
N= jumlah subyek penelitian
P= Prosentase
(2) Analisis korelasional.
Dalam penelitian ini digunakan rumus statistik Regresi Linier Sederhana dan teknik ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dengan persamaan Regresi Linier seperti yang disebutkan oleh Sudjana (1996:312) sebagai berikut: Y = a + bx
Regresi dengan x merupakan variabel bebasnya dan y variabel tak bebasnya dinamakan regresi y atas x.
Adapun perhitungan analisis regresi seperti yang tersebut diatas, peneliti menganalisisnya dengan bantuan SPSS 10.0 For Windows.
DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Adminstrasi Perkantoran. Jakarta; Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Dikdasmen.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djalal, M.F. 1986. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Asing. Malang: P3T IKIP Malang
Hadi, S. 1983. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Hamalik, O. 1994. Metode Belajar dan kesulitan-Kesulitan Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Kerlinger, Fred N. 1990. Aspek-aspek Penelitian Behavioral. Terjemahan oleh Landeng R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Kholifah. 2003. Pengaruh Cara dan Kebiasaan Belajar terhadapPrestasi Belajar Akuntansi Siswa Madrasah Aliyah Al- Azhar Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FE Universitas Negeri Malang.
Martin, A, dan Bhaskara. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Millenium. Surabaya: Penerbit Karina.
Muhyono. 2001. Hubungan Minat dan Cara Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa kelas 1 cawu 2 SMU Negeri 6 Malang Tapel 2000/2001. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Soeryabrata, S, Drs. 1989. Proses belajar Mengajar di Pergururan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali.
Sugiyono. 1997. Metodologi Penelitian Administrasi. Yogyakarta: BPFE-VII
Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Thabrany, H. 1994. Rahasia Kunci Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
The Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisisen. Yogyakarya: Liberty.
Tim Tetap Penulis Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press.
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional, (Online), (http/// www. depdiknas.go.id/ UU RI No 20/2003-Sistem Pendidikan Nasional, html, diakses 18 April 2005)

CONTOH PROPOSAL INI DIAMBIL/DIKOPI PASTE DARI INTERNET WWW.INFOSKRIPSI.COM
OLEH : RYKSA RAHARJA KARTASASMITA

Rabu, 28 April 2010

Natrium karbonat Na2CO3

Sepanjang sejarah industri kimia, persediaan natrium karbonat Na2CO3, soda, merupakan isu penting. Soda adalah bahan dasar penting bukan hanya untuk keperluan sehari-hari (seperti sabun) tetapi juga untuk produk industri yang lebih canggih (seperti gelas).

Di waktu lampau soda didapatkan dari sumber alami, dan kalium karbonat K2CO3, yang juga digunakan dalam sabun, didapatkan dalam bentuk abu kayu. Setelah revolusi industri, kebutuhan sabun meningkat dan akibatnya metoda sintesis baru dengan bersemangat dicari. Waktu itu telah dikenali bahwa soda dan garam (NaCl) mengandung unsur yang sama, natrium, dan penemuan ini mengakibatkan banyak orang berusaha membuat soda dari garam. Di awal abad 19, suatu proses baru dikembangkan: natrium sulfat yang merupakan produk samping produksi asam khlorida (yang digunakan untuk serbuk pengelantang, bleaching), batu bara dan besi dinyalakan. Namun, hasilnya, rendah dan tidak cocok untuk produksi skala besar .

Inventor Perancis Nicolas Leblanc (1742-1806) mendaftar suatu kontes yang diselenggarakan oleh Académie des Sciences, untuk menghasilkan secara efektif soda dari garam. Esensi dari prosesmua adalah penggunaan marmer (kalsium karbonat) sebagai ganti besi.


Na2SO4 + 2C --> Na2S + 2CO2 (11.1)
Na2S + CaCO3 --> Na2CO3 + CaS (11.2)
2NaCl + H2SO4 --> Na2SO4 + 2HCl (11.3)
Proses Leblanc dapat menghasilkan soda dengan kualitas lebih baik daripada metoda sebelumnya. Namun, proses ini menghasilkan sejumlah produk samping seperti asam sulfat, asam khlorida, kalsium khlorida, kalsium sulfida dan hidrogen sulfida. Bahkan waktu itu pun, pabrik menjadi target kritik masyarakat. Peningkatan kualitas proses Leblanc sangat diperlukan khususnya dari sudut pandang penggunaan ulang produk sampingnya, yang jelas akan menurunkan ongkos produksi.

Satu abad setelah usulan proses Leblanc, inventor Belgia Ernest Solvay (1838-1922) mengusulkan proses Solvay (proses soda-amonia), yang lebih maju dari aspek kimia dan teknologi. Telah diketahui sejak awal abad 19 bahwa soda dapat dihasilkan dari garam denagn amonium karbonat (NH4)2CO3. Solvay yang berpengalaman dengan mesin dan dapat mendesain proses produksi tidak hanya dari sudut pandang kimia tetapi juga dari sudut pandang teknologi kimia. Dia berhasil mengindustrialisasikan prosesnya di tahun 1863.

Keuntungan terbesar proses Solvay adalah penggunaan reaktor tanur bukannya reaktor tangki. Air garam yang melarutkan amonia dituangkan dari puncak tanur dan karbondioksida ditiupkan kedalam tanur dari dasar sehingga produknya akan secara kontinyu diambil tanpa harus menghentikan reaksi. Sistem Solvay menurunkan ongkos secara signifikan, dan akibatnya menggantikan proses Leblanc.



Reaksi utama
NaCl + NH3 + CO2 + H2O --> NaHCO3 + NH4Cl (11.4)
2NaHCO3 --> Na2CO3 + CO2 + H2O (11.5)
Sirkulasi amonia
2NH4Cl + CaO --> 2NH3 + CaCl2 + H2O (11.6)
Pembentukan karbon dioksida CO2 dan kalsium oksida CaO
CaCO3 --> CaO+CO2 (11.7)
Satu-satunya produk samping proses Solvay adalah kalsium khlorida, dan amonia dan karbondioksida disirkulasi dan digunakan ulang. Dalam produksi soda dari garam, poin penting adalah pembuangan khlorin. Dalam proses Leblanc, khlorin dibuang sebagai gas asam khlorida, namun di proses Solvay, khlorin dibuang sebagai padatan tak berbahaya, kalsium khlorida. Karena keefektifan dan keefisienan prosesnya, proses Solvay dianggap sebagai contoh proses industri kimia.

--------------------------------------…

Sekilas Tentang Manfaat Natrium Bikarbonat (NaHCO3)
Natrium bikarbonat atau hidrogen karbonat atau asam karbonat dengan rumus kimia NaHCO3, adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air, yang banyak dipergunakan di dalam industri makanan/biskuit (sebagai baking powder), pengolahan kulit, farmasi, tekstil, kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan permet (candy) dan industri pembuatan batik.

Pembentukan Karbon Dioksida


Karbon dioksida dapat diperoleh melalui 7 (tujuh) cara, yaitu (1) pemanasan batu gamping (CaCO3) menjadi gamping atau kalsium oksida (CaO), (2) pembakaran batubara, (3) pembakaran bahan bakar minyak (BBM), (4) pembakaran senyawa organik non bahan bakar, (5) fermentasi gula baik berupa sukrosa maupun pati, (6) pernafasan manusia dan hewan, dan (7) dekarboksilasi senyawa asam b-karbonil, asam b-halogen, serta asam b-allilik. Sementara pemanasan batu gamping dan dekarboksilasi asam b-karbonil serta analognya merupakan proses-proses yang sering dikerjakan dalam skala kecil di kebanyakan laboratorium, pembakaran batubara dan BBM serta fermentasi gula dan pati pada pabrik-pabrik penghasil etanol merupakan proses-proses yang menghasilkan CO2 dalam jumlah besar. Terjadinya peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfir bumi akhir-akhir ini pun disinyalir berkaitan secara langsung terutama dengan aktivitas pembakaran batubara dan BBM baik di sektor industri maupun transportasi.

Dalam hal pembakaran senyawa organik non bahan bakar, sumbangan proses ini terhadap peningkatan kadar CO2 di atmosfir juga cukup besar walaupun tidak sebesar kontribusi sektor pembakaran bahan bakar minyak (BBM) dan batubara. Salah satu contoh kegiatan yang melibatkan pembakaran senyawa organik non bahan bakar tersebut adalah pembakaran sampah di tempat-tempat pembuangan akhir (TPA). Sebagaimana dimaklumi, sampah di TPA-TPA pada hakekatnya merupakan senyawa-senyawa organik non bahan bakar, walaupun bahan ini belum tentu bersifat mudah terbakar. Beberapa contoh material organik non BBM yang sering dijumpai di TPA-TPA antara lain adalah plastik, daun dan ranting pepohonan, kertas, serta sampah rumah tangga. Sementara itu, pernafasan manusia dan hewan merupakan aktivitas alamiah yang menghasilkan CO2 dan tidak dipandang sebagai sumber pencemaran.


Manfaat karbon dioksida dalam kehidupan sehari-hari


Secara langsung maupun tidak langsung, karbon dioksida sesungguhnya merupakan bahan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kita mungkin tidak dapat bertahan hidup tanpa kehadiran CO2. Benarkah demikian? Memang benar demikian adanya. Mari kita tengok baik-baik bahwa makanan pokok kita sehari-hari adalah padi, terigu, gandum, jagung, ataupun singkong sebagai sumber karbohidrat. Sebagai sumber protein nabati kita lazim mengkonsumsi kedelai atau kacang-kacangan yang lain. Adapun sebagai sumber lemak nabati maka kita menggunakan minyak goreng baik berupa minyak sawit, minyak kelapa, minyak jagung, minyak wijen dan sebagainya. Bahan makanan tersebut semuanya berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh serta hidup dengan menggunakan karbon dioksida sebagai sumber makanan utamanya.

Kita faham bahwa tumbuh-tumbuhan memperoleh makanannya melalui proses fotosintesis, yaitu dengan cara mengolah CO2 dan uap air yang berasal dari udara dengan bantuan klorofil serta sinar matahari menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat inilah yang kemudian digunakan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan energi untuk pertumbuhan dan kehidupannya. Barangkali ada yang membantah pernyataan ini dengan mengatakan bahwa bukankah kita juga dapat memenuhi kebutuhan hidup khususnya protein dan lemak dari sumber hewani? Memang benar demikian, namun hewan-hewan yang kita gunakan sebagai sumber protein dan lemak tersebut juga mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Maha Suci Allah SWT atas segala ciptaanNYA. Sementara manusia dan hewan memerlukan oksigen dan membuang CO2 pada proses pernafasannya, tumbuh-tumbuhan memerlukan CO2 dan membuang oksigen pada proses fotosintesisnya. Dengan demikian, antara manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan memang terdapat siklus rantai makanan yang bersifat sangat hakiki.

Contoh kedua dari pemanfaatan CO2 dalam kehidupan sehari-hari adalah apa yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan minuman bersoda seperti PT. Coca-Cola dan PT. Pepsi-Cola yang menambahkan gas CO2 ke dalam produk minumannya. Melalui penambahan CO2 ini maka produk-produk minuman bersoda yang kita jumpai dalam sejumlah merek terasa lebih segar dan menarik sehingga digemari di seluruh penjuru dunia. Teknologi yang hampir sama juga digunakan pada produk-produk efferfessen yang langsung berbuih ketika dimasukkan ke dalam air akibat terlepasnya gas CO2.

Pemanfaatan lain dari CO2 dalam kehidupan kita sehari-hari adalah penggunaannya dalam produk-produk aerosol. Perlu disadari bahwa minyak parfum yang tersimpan dalam botol-botol parfum yang kita miliki dapat disemprotkan ke baju atau kulit adalah berkat dorongan gas atau aerosol yang seringkali diperankan oleh CO2. Selain itu, CO2 juga dimanfaatkan sebagai zat anti api pada proses pemadaman kebakaran, zat pendingin pada penyimpanan makanan serta spesimen beku, zat pengembang pada pembuatan roti, dan enhanced oil recovery (EOR) pada pengambilan sisa-sisa minyak di sumur-sumur tua yang tersebar di persada nusantara.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT,


Peranan karbon dioksida pada industri urea


Apa yang telah saya uraikan di atas telah menggambarkan secara nyata pemanfaatan CO2 dalam industri berskala kecil hingga menengah. Pemanfaatan CO2 dalam industri berskala besar juga telah lama dikenal dan salah satu yang terpenting adalah dalam industri urea. Sebagaimana diketahui, urea merupakan jenis pupuk nitrogen yang paling banyak digunakan oleh petani baik di Tanah Air maupun di manca negara. Data produksi nasional urea pada tahun 2009 mencapai 6,8 juta ton dan diproyeksikan naik sebesar 7,35 % menjadi 7,3 juta ton pada tahun 2010 (Wahyuni, 2009). Produksi urea tersebut dilakukan oleh raksasa pabrik pupuk yang antara lain meliputi PT. Pupuk Sriwijaya (PUSRI) – Palembang, PT. Pupuk Kujang – Jawa Barat, PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT. Pupuk Iskandar Muda – Aceh, dan PT. Petrokimia – Gresik. Total produksi nasional urea tersebut sesungguhnya telah melebihi tingkat konsumsi urea nasional pada tahun berjalan, namun patut disayangkan bahwa kita masih sering mendengar adanya kelangkaan urea di sejumlah daerah yang berakibat pada melonjaknya harga urea dan berkurangnya tingkat produksi sejumlah produk pertanian seperti padi dan jagung.

Pada kenyataannya, pabrik-pabrik urea memang tidak memproduksi urea secara langsung dari karbon dioksida sebagai bahan baku, melainkan dari gas alam yang kandungan utamanya adalah metana. Proses produksi urea dilakukan melalui proses methane steam reforming (MCR) yang pada intinya adalah reaksi antara metana dengan uap air menghasilkan gas karbon monoksida dan hidrogen. Reaksi tersebut biasanya dikerjakan pada suhu dan tekanan tinggi. Tahap selanjutnya adalah proses water gas shift (WGS) yang intinya adalah reaksi antara karbon monoksida dan uap air menjadi karbon dioksida dan hidrogen. Secara keseluruhan, hasil akhir dari proses methane steam reforming dan water gas shift adalah karbon dioksida dan hidrogen. Kedua gas ini dipisahkan melalui proses filtrasi, dan gas hidrogen yang diperoleh digunakan untuk pembuatan amoniak sesuai proses Haber-Bosch melalui reaksi dengan nitrogen (N2) yang berasal dari udara. Proses yang ditemukan oleh Prof. Fritz Haber (Profesor Kimia di Karlshure dan Berlin University) dan Carl Bosch (ahli Kimia yang bekerja di BASF –sebuah perusahaan zat warna– Jerman) tersebut biasanya dikerjakan pada temperatur 450oC dan tekanan 200 atm dengan menggunakan katalis oksida besi. Suhu dan tekanan ekstrim ini diperlukan mengingat bahwa N2 merupakan senyawa gas yang bersifat inert (stabil).

Ketika proses Haber-Bosch telah dilewati, gas NH3 yang diperoleh selanjutnya direaksikan dengan karbon dioksida yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Proses ini berlangsung pada suhu sekitar 250oC dan tekanan 200-250 atm, dan pada awalnya menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya dilakukan pemanasan amonium karbamat untuk menghasilkan urea sebagai produk akhir.

Proses produksi urea sebagaimana diuraikan di atas sesungguhnya menunjukkan bahwa walaupun bahan bakunya adalah metana yang berasal dari gas alam, sebenarnya urea terbentuk melalui reaksi antara karbon dioksida (CO2) dengan amoniak. Selain sebagai sumber CO2, arti penting dari metana dalam proses tersebut adalah sebagai sumber hidrogen yang kelak direaksikan dengan nitrogen menghasilkan gas amoniak. Dengan demikian, tak dapat dipungkiri bahwa peran karbon dioksida dalam industri urea berbasis gas alam adalah mutlak. Peran ini pun tak dapat digantikan oleh karbon monoksida yang juga dihasilkan pada proses steam reforming metana. Memang urea juga dapat diperoleh melalui pemanasan amonium sianat (NH4CNO) (Stecher, 1968), namun proses ini kurang ekonomis sehingga belum diadopsi oleh pelaku industri.

Hadirin yang berbahagia,


Peranan karbon dioksida dalam industri farmasi


Selanjutnya akan saya uraikan contoh pemanfaatan karbon dioksida dalam industri farmasi. Saya yakin tidak seorang pun di antara kita yang belum pernah mengalami sakit kepala atau pusing. Ketika pusing menyerang, maka yang kita cari biasanya adalah obat sakit kepala seperti bodrex, poldan mig dan lain-lain yang komponen aktifnya adalah asam asetilsalisilat atau lazim dikenal dengan nama aspirin atau asetosal (Sirait, 2007). Di antara kita atau keluarga kita tentu juga pernah mengalami sakit asma, dan obat antiasma yang sering diberikan oleh dokter adalah salbron, ventolin dan lain-lain yang komponen aktifnya adalah salbutamol. Ketika terserang flu, kita biasanya juga segera mencari obat-obatan pereda flu seperti neozep, revagan dan lain-lain yang komponen aktifnya adalah salisilamida.

Obat-obatan yang memiliki komponen aktif aspirin, salbutamol, dan salisilamida sebagaimana saya sebutkan di atas semuanya diproduksi dengan menggunakan asam salisilat sebagai bahan dasarnya. Sementara aspirin diperoleh melalui asetilasi asam salisilat menggunakan asetat anhidrid, salisilamida diperoleh melalui amidasi asam salisilat baik secara langsung maupun melalui derivat ester dan asil halidanya. Pada sisi lain, salbutamol diperoleh melalui 4 tahapan reaksi dari asam salisilat (Warren, 1994).

Secara alami, asam salisilat diperoleh dari tumbuhan Gandapura yang memiliki nama latin Gaultheria procumbens (Guenther, 1990). Tanaman ini antara lain banyak dijumpai di daerah Wonosobo, Boyolali, dan lereng pegunungan Bukit Barisan di Sumatera. Destilasi uap terhadap dahan dan ranting tanaman gandapura menghasilkan 2-5 % minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak gandapura. Komponen utama minyak atsiri ini adalah metil salisilat dengan kandungan sekitar 90 %, dan bilamana dihidrolisis maka metil salisilat akan berubah menjadi asam salisilat. Namun demikian, jumlah produksi asam salisilat dari sumber alami ini tidak dapat memenuhi kebutuhan asam salisilat secara keseluruhan. Oleh karena itu asam salisilat dan derivat-derivatnya yang banyak digunakan dalam bidang farmasi dipenuhi secara sintesis melalui karbonilasi natrium fenoksida dengan karbon dioksida yang dikenal sebagai proses Kolbe-Schmitt (Stecher, 1968).

Ciri – ciri dan Sifat Karbon Dioksida

Suatu senyawa yang berbentuk gas pada suhu kamar (25oC), tak menyala dan tak berbau dan memiliki rasa yang sedikit masam (yang disebabkan oleh pembentukan asam karbonat dalam mulut dengan reaksi sebagai berikut:
CO2 + H2O --> H2CO3
sehingga dapat menyebabkan rasa masam bila dirasakan), tidak beracun. Karbon dioksida juga lebih dikenal sebagai gas asam arang karena gas karbon dioksida terbentuk dari atom karbon yang juga dikenal dengan nama arang. Gas karbon dioksida ini memiliki berat 1½ kali lipat berat udara (volume air pada suhu 20oC akan melarutkan 0,9 volume CO2) sehingga akan menempati tempat yang lebih rendah, seperti dasar jurang makhluk hidup yang terjebak dalam daerah tersebut akan meninggal seketika karena sulit bernafas. Gas CO2 memiliki suhu kritis yang cukup tinggi yakni sekitar 31oC. Memiliki titik kritis 73 atm. CO2 cair akan membeku pada suhu -56,6oC (5,2 atm). Tekanan uap padatnya adalah 1 atm pada 79oC sehingga sangat memungkinkan untuk menguap pada udara terbuka tanpa mencair terlebih dahulu. Bila CO2 cair dibiarkan menguap, maka akan terbentuk massa kristalin seperti salju yang dapat dipakai sebagai perendah suhu. Kestabilannya terhadap panas hampir sama dengan air. Kadar gas CO2 sekitar 0,035% dalam udara dan menempati urutan keempat setelah nitrogen, oksigen dan argon. Gas CO2 yang ada di udara sebagian besar berasal dari gas buang pada pembakaran bahan baker fosil, sebagian lagi dari pembakaran hutan, beberapa dari pembakaran material organik dan sebagian lagi dari pernafasan makhluk hidup.

Pembuatan CO2
Gas CO2 dapat diperoleh melalui beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut:

Carbon dibakar dengan oksigen berlebih, juga melalui reaksi CO dan O2 secara elektrokimia.
Pada reaksi sebagai berikut:
CO + ½O2 --> CO2 delta H = 67,6 kkal

Melalui pernafasan.
Seperti yang kita ketahui bahwa kita bernafas dengan oksigen dan mengelurkan CO2.

Dalam laboratorium
Dalam laboratorium dapat dibuat gas CO2 dengan mereaksikan asam encer dan karbonat – karbonat logam dengan pesawat KIPP. Dengan reaksi sebagai berikut:
CaCO3 + 2 HCl --> CaCl2 + H2O + CO2

Dalam Industri
Dalam imdustri diperoleh CO2 sebagai hasil samping dalam proses tertentu seperti pada:

Proses fermentasi alkohol dari gula yang ditunjukkan pada persamaan berikut:
C6H12O6 --> 2 C¬2¬H5OH + 2 CO2

Pembuatan batu gamping yang ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut:
CaCO3¬ --> CaO + CO2

Gas CO2 yang dicampur dengan nitrogen yang dapat diperoleh melalui pembakaran kokas, ataupun melalui pembakaran karbon diudara yang kemudian akan dialirkan dalam larutan pekat K2CO3.CO2 yang kemudian akan terserap dalam KHCO3. yang dapat di lihat pada persamaan berikut:
CO2 --> CO2 + H2O --> H2CO3
Gas larut
yang kemudian ditambahkan denagn larutan pekat K2CO3.CO2 menjadi:
H2CO3 + 2 K+ + CO32- --> 2 K+ + 2 HCO3-
Pada reaksi tersebut bila tekanan diperkecil, kemudian dipanaskan maka akanterjadi reaksi sebaliknya dan CO2 bebas dan hidrat akan dibebaskan.

CO2 murni dapat juga diperoleh dari melakukan pemanasan natrium bikarbonat pada persamaan berikut:
2 NaHCO3 --> Na2CO3 + CO2 H2O
Manfaat utamanya adalah bahan pendingin (CO2 padat lebih dikenal sebagai es kering) dalam pemadam kebakaran serta untuk minuman yang karbonat, soda untuk mencuci (Na2CO3.10H¬2O), soda kue (NaHCO3) dan timbale pemutih [Pb3(OH)2(CO3)2].

Efek Rumah Kaca (greenhouse effect)
Efek rumah kaca sendiri berasal dari kondisi yang umum terjadi di rumah kaca. Yaitu sinar matahari yang akan masuk kedalam rumah kaca akan terperangkap di dalam dan tidak dapat keluar sedangakan sinar matahari terus menerobos kedalam sehingga suasana didalam rumah tersebut akan semakin hangat atau mungkin menjadi panas. Penelitian menunjukkan bahwa gas karbon dioksida yang berlebihan diatmosfir memilki sifat tersebut yaitu memerangkapkan sinar matahari di atmosfir yang menyebabkan suhu di bumi semakin hari semakin panas yang saat ini sering disebut sebagai global warming yang terus menjadi sorotan. Jika hal tersebut terus berlanjut maka tak diragukan lagi lapisan es di kutub utara maupun lapisan es dikutub selatan makin lama akan semakin mencair dan hal itu pasti akan berpengaruh pada naiknya permukaan air laut yang akan membahayakan makhluk hidup secara keseluruhan.


Manfaat Karbon Dioksida (CO2)
Selain memilki efek yang berbahaya, CO2 juga mempunyai manfaat adapun manfaat dari CO2 sediri adalah sebagai berikut:
Pada proses Fotosintesis
Tak dipungkiri lagi bahwa CO2 sangat berperan pada proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan dan yang sangat diperlukan oleh seluruh makhluk hidup. Fotosintesis memerlukan CO2 dan air agar dapat menghasilkan karbohidrat, yang dapat di lihat dari persamaan berikut:
6 CO2 + 6 H2O --> C6H12O6 + O2

Industri makanan dan minuman
Manfaat CO2 juga dapat kita jumpai pada proses pembuatan roti yang berfungsi sebagai pengembang roti dengan bantuan ragi. Pada saat roti yang dicampur soda kue atau ragi kita panaskan maka gas CO2 akan dibebaskan dan akan tertangkap oleh kantung gluten yang terdapat pada tepung yang akan menyebabkannnya dapt mengembang. Selain itu CO2 padat (es kering) juga digunakan untuk mendinginkan es krim.
Pada produk minuman khususnya yang bersoda. Gas tinbul pada minuman tersebut adalah CO2 yang membebaskan diri.

Bahan pemadam kebakaran
Karbon dioksida yang disemburkan pada api melalui selang pemadam kebakaran tersebut akan segera menyelimuti api, sehingga api tidak akan terkena kontak dengan oksigen sehingga pembakaran akan terhenti, karena pembakaran terhenti, maka api dapat segera padam.

Tanpa bermaksud untuk menjelekkan produk minuman Coca Cola ya. Soalnya ini berlaku juga buat soda yg lain. Karena minuman soda tidak pantas untuk diminum, apalagi dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Buat tubuh, memang berbahaya. Akan tetapi, bermanfaat buat hal-hal yang tidak berkenaan dengan tubuh manusia. Manfaat yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:


Untuk membersihkan toilet :
Tuangkan sekaleng Coca-Cola ke dalam toilet. Tunggu sejam, kemudian siram sampai bersih. Asam sitric dalam Coca-Cola menghilangkan noda-noda dari keramik.

Untuk membersihkan radiator mobil :
Campur sekaleng Coca-Cola ke dalam radiator. Panaskan mesin 15-30 menit. Dinginkan mesin, setelah itu buang air radiator. Anda akan melihat karat yang rontok bersama
air tersebut.

Untuk menghilangkan titik-titik karat dari bumper chrome mobil :
Gosok bumper dengan gumpalan alumunium foil yang direndam dalam Coca-Cola.

Untuk membersihkan korosi dari terminal aki mobil :
Tuangkan sekaleng Coca-Cola di atas terminal aki untuk membersihkan korosi.

Untuk melonggarkan baut yang berkarat :
Gosokkan kain yang direndam dalam Coca-Cola pada baut yang berkarat.

Untuk menghilangkan noda-noda lemak pada pakaian :
Tuangkan sekaleng Coca-Cola ke dalam tumpukan cucian yang bernoda lemak, tambahkan detergent, dan putar dengan putaran normal. Coca-cola/Pepsi akan menolong menghilangkan noda lemak.

Coca-Cola juga membersihkan kabut pada kaca depan mobil.

Untuk Perhatian Kita

PH rata-rata dari soft drink, a.l. Coca-Cola & Pepsi adalah 3 - 4. Tingkat keasaman ini cukup kuat untuk melarutkan gigi dan tulang! Tubuh kita berhenti menumbuhkan tulang pada usia sekitar 30th. Setelah itu tulang akan larut setiap tahun melalui urine tergantung dari tingkat keasaman makanan yang masuk. Semua Calcium yang larut berkumpul di dalam arteri, urat nadi, kulit, urat daging dan organ, yang mempengaruhi fungsi ginjal dalam membantu pembentukan batu ginjal. Soft drinks tidak punya nilai gizi (dalam hal vitamin dan mineral). Mereka punya kandungan gula lebih tinggi, lebih asam, dan banyak zat aditif seperti pengawet dan pewarna.

Sementara orang suka meminum soft drink dingin setelah makan, coba tebak apa akibatnya? Akibatnya, Tubuh kita mempunyai suhu optimum 370 supaya enzim pencernaan berfungsi. Suhu dari soft drink dingin jauh di bawah 37, terkadang mendekati 0. Hal ini mengurangi keefektivan dari enzim dan memberi tekanan pada sistem pencernaan kita, mencerna lebih sedikit makanan. Bahkan makanan tersebut difermentasi. Makanan yang difermentasi menghasilkan bau, gas, sisa busuk dan racun, yang diserap oleh usus, di edarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Penyebaran racun ini mengakibatkan pembentukan macam-macam penyakit.

Faktanya, ada sebuah kompetisi di Universitas Delhi : Siapa dapat minum Coca-Cola paling banyak?? Pemenangnya meminum 8 botol dan mati seketika karena kelebihan Karbondioksida dalam darah dan kekurangan oksigen. Setelah itu, Rektor melarang semua soft drink di semua kantin universitas.

Seseorang menaruh gigi patah di dalam botol pepsi, dan dalam 10 hari gigi tersebut melarut! Gigi dan tulang adalah satu-satunya organ manusia tetap utuh selama tahunan setelah manusia mati Bayangkan Apa yang minuman tersebut pasti lakukan pada usus dan lapisan perut kita yang halus!

Sebaiknya berpikir terlebih dahulu sebelum meneguk minuman bersoda. Kenapa??
1. Soda Sebabkan Tulang Rapuh
Ada sejumlah penelitian yang mengaitkan minuman soda dengan tulang rapuh. Tapi ini bukanlah hal yang perlu ditakutkan. Pasalnya, banyak makanan yang bisa meningkatkan kekuatan tulang.

2. Tinggi Kandungan Kafeinnya
Selain kafein, minuman soda juga mengandung zat-zat aditif lainnya. Dalam sebuah studi yang dilakukan peneliti dari Creighton University, Nebraska, AS, tahun 2001, ditemukan jumlah kalsium dalam tubuh akan berkurang setelah mengonsumsi minuman berkarbonasi yang memang tinggi kafeinnya.

Sebuah studi di tahun 2006 juga menyatakan, wanita yang mengonsumsi minuman soda tiga kali dalam seminggu selama bertahun-tahun memang memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah dibanding dengan mereka yang lebih banyak minum air putih.

3. Mengandung Gula
Dibandingkan dengan minuman lain, minuman bersoda mengandung paling banyak gula. Dalam sekaleng soda terkandung sedikitnya sembilan sendok teh gula. Padahal, kebutuhan gula dalam tubuh kita tak boleh lebih dari empat sendok teh per hari. Bayangkan jika Anda minum minuman bersoda tiga kali dalam sehari!

Untuk menghindari itu semua, ahsan kita minum air putih yang begitu banyak manfaatnya.

Ini bukan hasil karya sendiri melainkan hasil saduran dari beberapa sumber